Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
Hal ini dikarenakan imbas virus corona adalah adanya perlambatan ekonomi global.
“Ekonomi Indonesia juga ikut melambat dan diperkirakan hanya tumbuh 4,5% pada kuartal I-2020. Harga komoditas, ekspor, CAD juga turun yang mengarah ke pendapatan pemerintah turun, jadi outlook sektor ini semakin challenging,” terang Michael.
Baca Juga: Ekonomi tertekan karena corona, ini andalan Wahana Interfood (COCO) agar tetap tumbuh
Selain itu, imbas virus corona juga dinilai akan menghasilkan supply disruption dengan banyaknya pabrik yang terpaksa ditutup. Namun, Michael menyebut masih cukup sulit mengukur seberapa besar dampaknya.
Mengingat banyak pabrik yang punya inventory produk selama tiga bulan, sehingga dampaknya baru terlihat di akhir bulan Maret atau awal April.
William menjelaskan, sentimen positif yang mungkin mengangkat kinerja sektor makanan dan minuman adalah upaya pemerintah menjaga tingkat konsumsi masyarakat.
Baca Juga: Valuasi IHSG terdiskon, investor bisa mencermati saham-saham ini
“Setidaknya tetap bisa stabil, jangan dibebankan hal-hal yang sifatnya memberikan dampak multiplier effect ke konsumsi masyarakat,” tukas William.
Kedua analis ini juga sama-sama menyebut kemungkinan penerapan cukai minuman berpemanis akan berpotensi semakin menekan kinerja emiten sektor makanan dan minuman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News