Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor makanan dan minuman (mamin) diperkirakan akan menjalani tahun yang penuh tantangan pada 2020 ini. Beberapa analis melihat perkembangan yang terjadi saat ini justru semakin membuat emiten sektor makanan dan minuman semakin tersudutkan.
Analis BNI Sekuritas William Siregar mengatakan, target dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) untuk pertumbuhan industri makanan dan minuman yang mencapai 8%-9% pada tahun ini akan sulit tercapai.
Baca Juga: Siapkan capex US$ 50 juta di 2020, ini rencana bisnis Indo Tambangraya Megah (ITMG)
“Saya melihatnya punya kecenderungannya masih akan lebih rendah dari 2019, atau di kisaran 6%-7% saja,” kata William kepada Kontan.co.id, Minggu (8/3).
William menambahkan, faktor yang akan menekan kinerja emiten sektor makanan dan minuman adalah lemahnya sentimen konsumsi, serta beberapa imbas kenaikan tarif barang-barang di industri fast moving consumer goods (FMCG) itu sendiri.
William juga melihat kenaikan harga LPG dan BPJS juga bisa menjadi faktor turunnya konsumsi di tahun 2020 ini.
Baca Juga: Antisipasi penurunan penonton, Graha Layar Prima (BLTZ) lakukan hal ini
Sementara itu, analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi juga punya pendapat yang sama. Secara fundamental, sektor makanan dan minuman juga dalam posisi yang kurang baik setelah adanya persebaran virus corona.
Hal ini dikarenakan imbas virus corona adalah adanya perlambatan ekonomi global.
“Ekonomi Indonesia juga ikut melambat dan diperkirakan hanya tumbuh 4,5% pada kuartal I-2020. Harga komoditas, ekspor, CAD juga turun yang mengarah ke pendapatan pemerintah turun, jadi outlook sektor ini semakin challenging,” terang Michael.
Baca Juga: Ekonomi tertekan karena corona, ini andalan Wahana Interfood (COCO) agar tetap tumbuh
Selain itu, imbas virus corona juga dinilai akan menghasilkan supply disruption dengan banyaknya pabrik yang terpaksa ditutup. Namun, Michael menyebut masih cukup sulit mengukur seberapa besar dampaknya.
Mengingat banyak pabrik yang punya inventory produk selama tiga bulan, sehingga dampaknya baru terlihat di akhir bulan Maret atau awal April.
William menjelaskan, sentimen positif yang mungkin mengangkat kinerja sektor makanan dan minuman adalah upaya pemerintah menjaga tingkat konsumsi masyarakat.
Baca Juga: Valuasi IHSG terdiskon, investor bisa mencermati saham-saham ini
“Setidaknya tetap bisa stabil, jangan dibebankan hal-hal yang sifatnya memberikan dampak multiplier effect ke konsumsi masyarakat,” tukas William.
Kedua analis ini juga sama-sama menyebut kemungkinan penerapan cukai minuman berpemanis akan berpotensi semakin menekan kinerja emiten sektor makanan dan minuman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News