Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga emas diperkirakan akan kembali mendongkrak kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di tahun 2025. Di samping itu, kontribusi penjualan nikel ANTM diharapkan meningkat signifikan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan bahwa apresiasi harga emas dunia cukup memberikan angin segar bagi ANTM, di saat kinerja segmen nikel masih mengecewakan.
Naiknya harga emas dunia berefek pada masifnya penjualan emas produksi Antam, mengingat ANTM merupakan penyuling emas terbesar di Indonesia.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 9.000 Jadi Rp 1.524.000 Per Gram, Kamis (2/1)
"Harga emas naik karena proyeksi harga emas global bisa mencapai US$ 3.000 per ons troi dalam jangka panjang, seiring kebutuhan meningkat sebagai aset safe haven di tengah kondisi ketidakpastian global," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (2/1).
Nafan melanjutkan, harga nikel lebih dipengaruhi oleh ekonomi China yang masih lesu, sehingga berdampak pada kurangnya permintaan. Selain itu, penundaan izin RKAB berdampak pada produksi dan penjualan ANTM.
Untuk diketahui, segmen emas berkontribusi sebesar 83% terhadap total penjualan ANTM, sedangkan segmen nikel berkontribusi sekitar 14% terhadap total penjualan.
Sisanya 3% dikontribusikan dari pendapatan segmen bauksit dan Alumina.
Selama periode Januari-September 2024, ANTM mencatat total volume produksi logam emas dari tambang perusahaan sebesar 743 kg atau 23.888 ons troi. Penjualan emas ANTM mencapai 918.000 ons troi, yang meningkat sekitar 47% yoy.
Sementara itu, produksi feronikel turun 3,4%yoy menjadi 15,2 ribu ton, sementara produksi bijih nikel mengalami penurunan signifikan sebesar 31,6% yoy menjadi 7,3 juta ton. Dari sisi volume penjualan, feronikel turun 17,3%yoy menjadi 11,7 ribu ton, serta penjualan bijih nikel juga turun tajam sebesar 39,3% yoy menjadi 5,7 juta ton.
Menurut Nafan, stimulus pemerintah China sebagai upaya memulihkan ekonomi merupakan katalis positif bagi permintaan nikel ke depannya. Apalagi, nikel sangat dibutuhkan di industri kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) sebagai bahan baku baterai.
Di samping itu, kebijakan pemerintah Indonesia untuk membatasi produksi tambang nikel semestinya berdampak pada harga karena dapat menimbulkan kelangkaan pasokan. Serta, perizinan RKAB tambang nikel dapat mewujudkan optimalisasi produksi dan penjualan ANTM.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Timothy Wijaya memperkirakan, penjualan bijih nikel ANTM akan lebih kuat di 2025. Target volume produksi dan penjualan bijih nikel ANTM diproyeksi sebesar 15 juta dan 13 juta wmt, masing-masing tumbuh 25%yoy dan 48% yoy.
Baca Juga: Proses Peninjauan Emas Logam Mulia Antam oleh LBMA Mengarah ke Rantai Pasok
ANTM juga telah memulai penggunaan jaringan listrik PLN untuk RKEF Pomalaa, yang diharapkan dapat menurunkan biaya tunai sebesar -8,3% menjadi US$ 11.000 per ton.
Secara keseluruhan, Timothi memproyeksi, kontribusi pendapatan dari segmen nikel ANTM tumbuh dari 15,8% di 2024 menjadi 23,9% di 2025.
Naiknya kontribusi nikel itu pada gilirannya akan meningkatkan margin EBITDA dan laba bersih sebesar 40pps/35pps menjadi 12,1% dan 10,0%.
"Kami mengharapkan penjualan bijih nikel yang lebih tinggi sebesar 13 juta wmt, bersama dengan efisiensi biaya dalam RKEF untuk meningkatkan profitabilitas pada tahun fiskal 2025 dan seterusnya," tulis Timothi dalam riset 3 Desember 2024.
Sementara itu, segmen bisnis emas Antam diproyeksi tetap kuat yang didukung potensi kenaikan margin dari pembelian Freeport. Volume penjualan emas diharapkan tetap solid karena permintaan dari pedagang grosir tetap tinggi, meskipun harga emas baru-baru ini turun.
Baca Juga: Menakar Hilirisasi Bauksit yang Pembangunannya Jauh Lebih Lambat dari Nikel
Meskipun juga volume penjualan emas ANTM diperkirakan lebih rendah sebesar 28 ton di 2025 daripada proyeksi 2024 sebesar 73 ton, margin perdagangan diharapkan membaik setelah pembelian emas batangan dari Freeport karena mendapatkan emas batangan harga grosiran dari PT Freeport Indonesia (PTFI).
"Kami mengharapkan penjualan emas ANTM tetap kuat, meskipun terjadi penurunan harga baru-baru ini, di tengah kemungkinan perluasan margin dari pembelian emas Freeport," sebut Timothi.
Timothi menegaskan kembali peringkat Buy untuk ANTM dengan target harga di posisi Rp 2.000 per saham. Sedangkan, Nafan menyarankan Add untuk ANTM dengan target harga sebesar Rp 2.020 per saham.
Selanjutnya: Menimbang Efek Revisi Aturan DHE SDA Bagi Bank Penadah Term Deposit Valas
Menarik Dibaca: Hujan Terjadi di Mana? Ini Prakiraan Cuaca Besok (3/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News