kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisa bertahan dari sentimen PSBB Jakarta, saham consumer goods ini layak dilirik


Selasa, 15 September 2020 / 05:30 WIB
Bisa bertahan dari sentimen PSBB Jakarta, saham consumer goods ini layak dilirik


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), per Senin (14/9) indeks sektor barang konsumsi (consumer goods) hanya terkoreksi 5,5%. Hal ini menjadikan indeks sektor barang konsumsi jawara indeks sektoral sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). 

Bahkan, koreksi ini lebih rendah dibanding koreksi yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang  telah tergerus hingga 18,06% sejak awal tahun. Koreksi  yang terjadi pada sektor consumer juga lebih rendah dari indeks sektoral lain, seperti sektor properti yang ambles hingga 34,8% dan indeks aneka industri yang turun hingga 29,55% secara ytd.

Para penghuni indeks ini juga minim koreksi. Ambil contoh saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang sejak awal tahun hanya terkoreksi 1,85%. Saham consumer milik grup salim, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) hanya terkoreksi  masing-masing 1,58% dan 5,38% sejak awal tahun.

Baca Juga: PSBB Jakarta tak separah yang diekspektasikan pasar, IHSG berhasil menguat

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menilai, saham emiten barang konsumsi masih dalam valuasi wajar dan belum premium (mahal). Sebab, sejumlah saham di sektor ini masih menarik dan terdiskon. “Secara sektor, indeks barang konsumsi terlihat beberapa masih diperdagangkan di bawah -1 standard deviasi dari rata-rata P/E dan PBV lima tahunnya,” ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Senin (14/9).

Selain INDF, ICBP, dan KLBF, Zamzami juga merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hingga PT Gudang Garam Tbk (GGRM).    

Zamzami mengatakan, level entry untuk masuk ke saham-saham ini tergantung dari tipe investor. Namun,  alangkah lebih baik apabila investor melakukan cicil beli secara bertahap atau bisa juga menggunakan metode cost averaging.

Emiten barang konsumsi pun dinilai cukup bertahan dari sentimen pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Menurut Putu Chantika Putri, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, penerapan PSBB  jilid kedua saat ini sedikit lebih fleksibel dibandingkan yang pertama. Sehingga, Chantika mengekspektasikan sejumlah emiten di sektor barang konsumer masih dapat membukukan kinerja yang lebih baik lagi dibandingkan pada kuartal kedua  yang dinilai sebagai masa tersulit bagi emiten (the worst quarter).

Baca Juga: Saham emiten barang konsumsi ini punya valuasi terdiskon, cermati rekomendasinya

Saat ini, saham sektor konsumer yang masih menjadi rekomendasi NH Korindo Sekuritas adalah ICBP dengan target harga Rp 12.150, KLBF dengan target harga  Rp 1.870, dan  PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk  (SIDO) dengan target harga Rp 1.500. 

Untuk ICBP, Chantika mengekspektasi adanya peningkatan kinerja setelah emiten produsen mi instan ini rampung mengakuisisi Pinehill. Untuk diketahui, ICBP merampungkan transaksi akuisisi Pinehill Company Limited (PCL)  pada 27 Agustus 2020 silam.

Adapun Pinehill mencatat tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compound annual growth rate atau CAGR)  sebesar 28,17% dalam lebih dari dua tahun. Oleh karena itu, penjualan mi dari grup Pinehill akan secara signifikan menambah porsi penjualan tahunan ICBP.

Baca Juga: IHSG menguat 2,89% di hari pertama PSBB Jakarta, ini proyeksinya untuk Selasa (15/9)

NH Korindo Sekuritas mencatat, berdasarkan kinerja keuangan Pinehill, Sawaz (anak perusahaannya di Timur Tengah dan Afrika) mencatat tingkat CAGR tertinggi diantara anak usaha yang lain, yakni mencapai 36,7% untuk periode tahun 2017-2019, dengan mencakup 195 juta konsumen.

“Dengan demikian, akuisisi Pinehill diharapkan dapat mendatangkan calon pelanggan baru ICBP,” tutur Chantika.

Hanya saja, saham ICBP juga memiliki risiko tersendiri, mulai dari melemahnya  nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga bahan baku yang lebih tinggi, serta adanya perlambatan ekonomi. 

Selanjutnya: Jelang rilis data neraca perdagangan, simak proyeksi IHSG untuk Selasa (15/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×