Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor barang konsumsi (consumer goods) masih menjadi jawara indeks sektoral sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), per Senin (14/9) indeks sektor barang konsumsi hanya terkoreksi 5,5% sejak awal tahun.
Koreksi ini lebih rendah dibanding penurunan yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang bahkan telah anjlok hingga 18,06% sejak awal tahun. Koreksi yang terjadi pada indeks sektor konsumer juga lebih rendah dari indeks sektoral lain, seperti sektor properti yang ambles hingga 34,8% dan indeks aneka industri (miscellaneous industry) yang turun hingga 29,55% secara ytd.
Meski demikian, analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menilai, saham emiten barang konsumsi masih dalam valuasi wajar dan belum premium (mahal). Sebab, sejumlah saham di sektor ini masih menarik dan terdiskon.
“Secara sektor, indeks barang konsumsi terlihat beberapa masih diperdagangkan di bawah -1 standard deviasi dari rata-rata P/E dan PBV lima tahunnya,” ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Senin (14/9).
Baca Juga: IHSG menguat 2,89% di hari pertama PSBB Jakarta, ini proyeksinya untuk Selasa (15/9)
Sejumlah saham emiten barang konsumsi yang bisa dipertimbangkan antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hingga PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Selain berada di sektor yang defensif, kelima emiten ini dinilai mempunyai balance sheet yang baik, dengan rasio net gearing berada di bawah 1, serta dengan net debt per EBITDA di bawah 5. Selain itu, Zamzami menilai emiten-eminten ini memiliki rekam jejak pertumbuhan yang baik dalam lima tahun terakhir.
Terbukti, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compound annual growth rate atau CAGR) lebih dari 2% dan tingkat CAGR sebelum pajak (earing before tax/EBT) lebih dari 3%. Saham-saham ini juga dinilai masih terdiskon, terlihat dari nilai buku (P/B) yang saat ini di bawah rata-rata P/B dalam lima tahun terakhir.
Tahan banting
Meski Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Zamzami menilai, emiten barang konsumsi bakal cukup defensif dari sentimen ini. Sebab, produk yang dihasilkan oleh emiten ini merupakan kebutuhan sehari-hari, yang permintaannya akan selalu ada.
Selain itu, emiten barang konsumsi juga tidak terlalu terpengaruh terhadap siklus bisnis (business cycle) baik ketika downturn, booming, maupun resesi . Dus, sifat emiten barang konsumsi yang defensif karena permintaan produknya yang stabil di semua siklus bisnis, membuat pertumbuhan topline dan bottom line-nya stabil bahkan ketika pemberlakukan PSBB secara ketat pada kuartal kedua.
Selain itu, stimulus-stimulus yang digelontorkan pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat juga harusnya berdampak positif pada emiten barang-barang konsumsi.
Senada, analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dan Emma A. Fauni menilai, emiten barang konsumsi akan menjadi sektor yang paling minim terimbas pemberlakukan PSBB. Mirae Asset Sekuritas menjadikan saham INDF dan ICBP menjadi saham pilihan bulan ini.
Hariyanto dan Emma menilai, ICBP dan INDF seharusnya akan membukukan kinerja positif selama PSBB saat ini. Sebab, aturan bekerja dari rumah (work from home/WFH) seharusnya berdampak positif bagi permintaan bahan konsumsi pokok.
Selanjutnya: Minim koreksi, sektor barang konsumsi jadi indeks sektoral jawara sejak awal tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News