Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Hasil kinerja PT Bank Danamon Tbk (BDMN) di kuartal I-2014 terlihat loyo. Laba bersih BDMN turun 13% menjadi Rp 874 miliar secara year-on-year (yoy). Pendapatan bunga bersih BDMN naik 3% jadi Rp 3,4 triliun.
Syaiful Adrian, analis Ciptadana Sekuritas, mengatakan, kinerja BDMN di kuartal I sejalan dengan estimasi. Laba bersih mewakili 23% dari perkiraan laba bersih BDMN tahun ini. Sedangkan, pendapatan bunga bersih BDMN mewakili 25% dari perkiraan tahun ini. "Tahun 2014 akan menjadi tahun cukup berat bagi BDMN," ujar Syaiful.
BDMN fokus meningkatkan porsi deposito. Tak heran beban bunga BDMN naik 51% yoy. Ini pula yang menyebabkan net interest margin (NIM) BDMN di kuartal I-2014 ikut menurun menjadi 8,6%, dari sebelumnya 10,1%.
Sementara, porsi dana murah alias current account saving account (CASA) BDMN turun. Ini karena nasabah BDMN memindahkan dana ke rekening deposito untuk mengambil untung dari tingkat bunga yang tinggi.
Syaiful menduga, BDMN akan terus meningkatkan likuiditas dengan menggenjot deposito meski harus merelakan keuntungan dalam jangka pendek menciut. Karena itu, dia menilai, laba bersih BDMN tidak bisa naik signifikan.
Analis JP Morgan Hars Wardan Modi, dalam riset per 15 April, pun mengatakan, BDMN harus mengganti bisnis model. Sebab, tingginya biaya dana juga akan membuat tingkat pengembalian modal atau return of equity (ROE) BDMN terus tergerus. Per kuartal I-2014, ROE BDMN 11,42%, turun dari 14,44% pada kuartal I-2013.
Perlu rem kredit
Analis AAA Securities Angky Agani, dalam riset 22 April 2014, mengatakan, BDMN perlu mengerem pertumbuhan kredit di kuartal selanjutnya hingga berada di bawah 16%. Ini untuk melonggarkan tekanan atas biaya dana yang meningkat. Sebab, kredit mass market, seperti kredit mobil menggunakan tingkat bunga tetap. Alhasil, BDMN sulit menyusun kembali harga pinjaman dan meningkatkan pendapatan bunga.
Kredit dan pembiayaan kotor BDMN di kuartal I-2014 tumbuh 16% menjadi Rp 135 triliun. Segmen mass market mewakili 51,8% dari total kredit BDMN tersebut.
Tidak hanya itu, menurut Angky, BDMN juga menderita rugi derivatif Rp 419 miliar. Angka ini naik dari periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 22 miliar. "Kerugian di segmen ini sangat sulit diprediksi karena pergerakan mata uang sangat volatile," ujar dia.
Karena itu, Modi memproyeksikan, tahun ini, laba bersih BDMN turun jadi Rp 3,39 triliun, dari Rp 4,04 triliun. Adapun, pendapatan bunga bersih naik tipis jadi Rp 8,99 triliun dari Rp 8,95 triliun.
Tapi, Angky masih yakin, laba bersih BDMN tahun ini bisa naik 3,77% menjadi Rp 4,32 triliun dan pendapatan bunga bersih masih bisa naik 11,4% menjadi Rp 15,07 triliun, dari Rp 13,53 triliun.
Syaiful memperkirakan, laba bersih BDMN tahun ini mencapai Rp 4 triliun. Sedangkan, pendapatan bunga bersih menjadi Rp 13,6 triliun.
Syaiful dan Angky merekomendasikan hold dengan target masing-masing di Rp 4.400 dan Rp 4.200. Sementara, Modi menilai underweight, dengan harga wajar Rp 3.000. Kemarin, harga BDMN turun 2,02% menjadi Rp 4.360.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News