Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengelak tuduhan banyak kalangan yang menilai bank sentral terlalu mengintervensi penguatan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini, seiring semakin derasnya aliran modal asing atau capital inflow ke dalam negeri. BI menegaskan, pada prinsipnya kebijakan bank sental adalah menjaga tingkat pergerakan atau volatilitas rupiah agar tidak terlalu ekstrem naik maupun turun.
Gubernur BI Darmin Nasution menuturkan, BI tidak pernah mengupayakan agar nilai tukar rupiah terpatok di level tertentu. "Itu kebijakan dasar BI dan sudah kita anut sejak lama. BI dalam menghadapi capital inflow adalah menjaga agar volatilitas tidak terlalu tinggi, tapi kalau anda perhatikan kami tidak pernah sama sekali menahan kadar rupiah agar tidak terlalu kuat," tegasnya dalam konferensi pers pengumuman BI Rate di Gedung BI, Selasa (5/10).
Lebih lanjut dia menjelaskan, fokus kebijakan rupiah dari bank sentral adalah bagaimana agar mata uang Garuda tidak bergejolak naik turun dalam waktu yang terlalu singkat. "Bagaimana caranya ya ada bermacam-macam mulai dari kebijakan one month holding SBI, kemudian di sana sini kami mencoba usahakan agar secara langsung kurs itu tidak terlalu tinggi volatilitasnya," ungkapnya.
Dalam catatan Darmin, penguatan rupiah saat ini juga bukan yang teristimewa alias tertinggi. Darmin memaparkan, selama rentang akhir Desember 2009 sampai dengan 30 September 2010, rupiah menguat sebesar 5,6%. Masih lebih tinggi baht Thailand yang menguat 9,72%, juga ringgit Malaysia yang sudah menguat 11,01%. Adapun bila dibandingkan dengan won Korea, penguatan Rupiah lebih tinggi. Won Korea di periode yang sama menguat hanya 1,95%. Penguatan rupiah juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan rupee India yang hanya menguat 3,52% dan yuan China yang penguatannya baru sebesar 2,08%.
"Penguatan rupiah kita ini ada di tengah-tengah saja, tidak yang tertinggi, tidak juga yang terendah," kata Darmin.
Seperti diketahui, banyak kalangan pengamat maupun pelaku pasar yang meyakini sejatinya nilai tukar rupiah sudah bisa menembus level di atas Rp 8.900 jika saja BI tidak mengintervensi penguatannya. Keyakinan ini didasari oleh begitu derasnya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News