Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank Indonesia menyatakan masih melakukan intervensi di pasar uang dalam negeri. Hal ini dilakukan untuk mengatasi volatilitas nilai tukar rupiah yang tinggi.
Sesuai data Bank Indonesia, sepanjang pekan ini kurs tengah rupiah bergerak naik-turun. Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar menguat ke level Rp 11.960 per dolar Amerika Serikat (AS), setelah sebelumnya turun ke Rp 12.018 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityswara mengaku, bank sentral masih ada di pasar uang guna menjaga volatilitas nilai tukar rupiah. Menurutnya, tingginya volatilitas disebabkan minimnya likuiditas valuta asing (valas) khususnya dollar AS di pasar keuangan domestik.
Dalam kondisi normal, nilai transaksi valas harian bisa mencapai US$ 2,5 miliar per hari. Sedangkan saat ini, nilai transaksi valas harian hanya sebesar US$ 500 juta. "Semakin kering likuiditas valuta asing ini semakin besar pengaruh tekanannya pada nilai tukar," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Jumat (6/12).
Karena itu, Mirza menghimbau eksportir mulai mengkonversikan valas dari hasil ekspornya di pasar uang. Langkah tersebut dapat membantu memperbesar likuiditas valas sehingga mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Catatan saja, jumlah cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2013 adalah sebesar US$ 96,960 miliar. Angka ini melorot sebanyak US$ 36 juta dibanding cadev Indonesia per 31 Oktober 2013 yang mencapai US$ 96,996 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A. Johansyah bilang, posisi cadangan devisa setara dengan 5,5 bulan impor atau setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Bank Indonesia menilai jumlah cadangan devisa tersebut cukup aman untuk mendukung ketahanan sektor eksternal dan berada di atas standar kecukupan internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News