Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan kembali tertekan pada perdagangan besok. Pasalnya, indikator indeks masih menunjukkan sinyal negatif.
Lanjar Nafi, analis Reliance Sekuritas menjelaskan, pergerakan IHSG mulai terkosolidasi mendekati upper bollinger bands dengan Momentum RSI yang mulai terlihat mendatar. Indikator Stochastic mulai masuk pada area jenuh beli dengan potensi terjadinya dead-cross mulai dikhawatirkan.
"Tren pergerakan Indikator ADX pun mulai menyempit seakan memberikan signal awal mula phase distribusi." jelasnya dalam riset yang diterima KONTAN, Rabu (20/4).
Berdasarkan indikator-indikator tersebut, Lanjar memperkirakan IHSG akan bergerak kembali mixed tertekan dengan range 4.835-4.910 pada perdagangan Kamis (21/4).
Pada perdagangan hari ini, IHSG ditutup berada pada zona negatif turun 0,11% pada level 4.876,60 dengan volume yang cukup tinggi.
Lanjar bilang, indeks bergerak cenderung moderate setelah awal sesi emiten rokok berkapitalisasi besar membukukan penjualan dan bottom line mengecewakan sehingga diterpa aksi jual investor.
Meskipun demikian hingga akhir sesi sektor perbankan dan property berhasil menahan laju pelemahan IHSG. Terlihat investor masih cenderung antusias pada sentimen kebijakan pemerintah yang lebih pro pada pertumbuhan kredit dan penjualan property. Nilai tukar rupiah cenderung tertahan sehingga investor asing mencatatkan net buy Rp194.06 miliar.
Mayorits Bursa Asia bergerak tertekan karena ekuitas di China yang turun paling dalam sejak februari meskipun beberapa harga komoditas diperdagangkan menguat sebelumnya. Hal tersebut menandakan volatilitas dalam ekuitas china masih sangat tinggi sehingga investor cenderung bersikap berhati-hati.
Selain itu, permintaan untuk aset haven kembali mewarnai bursa Jepang terlihat pada pergerakan bursa sahamnya yang tertekan hingga ditutup hanya 0.2% meskipun dibuka optimis 1,3%.
Adapun Bursa Eropa dibuka langsung tertekan seiring aksi jual yang terjadi pada bursa Asia. Dari beberapa emiten yang telah melaporkan laba kuartal pertama 2016 di Eropa sekitar 77% mampu tumbuh di atas ekspetasi menurut data Bloomberg.
Data Indeks harga produksi di German turun di bawah ekspetasi -3.1% vs -2.9% sehingga membuat investor cenderung menanti hasil pidato Presiden ECB mengenai ekonomi Eropa yang dapat menentukan trend positif atau negatif untuk nilai tukar Euro dalam jangka pendek.
Menurut Lanjar, sentimen selanjutnya yang akan mempengaruhi pergerakan pasar datang dari Lending dan Deposite rate, Tingkat suku bunga dan 7 days reverse Repo di Indonesia dengan survey pada suku bunga tetap di level 6.75%. Selain itu, pasar juga menantikan tingkat suku bunga di Eropa dan tingkat pengangguran di AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News