Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerakn cenderung tertekan pada perdagangan besok. Pasalnya, indikator teknikal menunjukkan sinyal negatif.
Lanjar Nafi, analis Reliance Securities mengatakan, secara secara teknikal analysis membentuk pola bearish harami pada area overbought dan terlihat false break pada resistance harga tertingginya tahun ini.
Indikator stochastic terkonsolidasi negatif dengan penurunan pada momentum RSI di area cukup tinggi pada osilator. "Sehingga diperkirakan IHSG akan cenderung mengalami tekanan di kisaran 4.867-4.940." kata Lanjar dalam riset yang diterima KONTAN, Rabu (8/6).
Hari ini, IHSG ditutup terkoreksi 17.93 poin atau 0.36% di level 4.916.06 setelah sempat turun hingga di bawah level 4.900. Lanjar melihat, data cadangan devisa Indonesia yang keluar US$103.6 B lebih rendah dari periode sebelumnya di level $107.7 kembali menjadi kekhawatiran investor.
Namun, menjelang penutupan perdagangan pada hari ini data tingkat kepercayaan konsumen cukup baik di level 112.1 dari 108.2 di periode sebelumnya sedikit menahan aksi jual investor asing. Net sell asing hanya tercatat Rp 55.92 miliar.
Mayoritas bursa di Asia bergerak terkonsolidasi dengan penguatan dipimpin oleh bursa saham di Jepang dan Korea selatan setelah mata uang Won korea selatan memperpanjang kenaikan.
Data aktivitas import di China mengalami perbaikan di mana rilis pada level -0.4% dari -10.9% di periode sebelumnya namun tingkat aktivitas export masih memburuk di level -4.1% dari -1.8% sehingga terjadi defisit neraca perdagangan meskipun masih di atas ekspektasi.
Bertahannya harga minyak di atas level US$ 50 per barel juga menjadi faktor pendorong penguatan di bursa Asia. Selain itu, spekulasi terhadap data GDP Jepang yang akan tumbuh di level 1.9% juga turut menjadi sentimen positif pada perdagangan hari ini di Asia.
Bursa Eropa dibuka lebih rendah dari penutupan sebelumnya seakan mewaspadai data cadangan minyak di AS yang akan rilis nanti malam dapat menjadikan alasan sebagai aksi profit taking.
Menurut Lanjar, sentimen selanjutnya Investor akan merefleksikan data cadangan minyak di AS, Tingkat inflasi di China yang diekspektasikan cukup positif melihat aktivitas import yang cukup tinggi, aktivitas import dan export di Jerman dan data pekerja di AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News