Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga emas melonjak lebih dari 2% pada Jumat (28/8), di jalur kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir, karena dollar AS melemah.
Harga emas makin berkilau menyusul sikap bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) memperkuat ekspektasi akan lingkungan suku bunga rendah yang berkepanjangan.
Mengacu Bloomberg, harga emas spot melesat 2,23% menjadi US$ 1.972,53 per ons troi pada pukul 22.38 WIB, membuat keuntungan minggu ini menjadi lebih dari 1%.
Sementara harga emas berjangka AS melejit 2,25% ke posisi US$ 1.976,00 per ons troi.
Baca Juga: Sore hari, harga emas naik 1,54% ke US$ 1.959 per ons troi di pasar spot
Gubernur The Fed Jerome Powell pada Kamis (27/8) mengatakan, bank sentral AS akan mengadopsi target inflasi rata-rata. Yang berarti, suku bunga cenderung tetap rendah bahkan jika inflasi naik sedikit di masa depan.
"Lingkungan di mana suku bunga rendah dan inflasi secara bertahap meningkat sudah bekerja dengan sempurna untuk aset seperti emas," kata Analis UBS Giovanni Staunovo kepada Reuters.
"Kami masih mengharapkan harga emas untuk menguji ulang level US$ 2.000 dan bahkan naik ke US$ 2.300. Apa pun yang mendorong kebijakan moneter bank sentral menuju pelonggaran lebih lanjut dapat memicu itu," ujarnya.
Indeks dollar AS turun 0,7% dalam perjalanan ke minggu terburuk dalam sebulan belakangan, membuat harga emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.
Baca Juga: Harga emas 24 karat Antam hari ini turun Rp 7.000 per gram, Jumat 28 Agustus 2020
"Suku bunga rendah untuk waktu yang lebih lama, dollar yang lebih lemah, stimulus dalam jumlah besar, dan peningkatan permintaan untuk lindung nilai inflasi kemungkinan akan terus mendorong permintaan logam (emas dan perak)," kata Analis Saxo Bank Ole Hansen ke Reuters.
Memudarnya harapan pemulihan ekonomi yang cepat di tengah pandemi Covid-19 telah memaksa bank sentral untuk mengambil sikap kebijakan moneter yang akomodatif, membantu harga emas melonjak 28% tahun ini.
"Satu peristiwa yang kami lihat adalah pemilihan presiden AS. Jika (Donald) Trump kalah dan menolak untuk menerima hasil untuk tetap di Gedung Putih hingga Januari, itu akan sangat positif untuk harga emas," sebut Analis Quantitative Commodity Research Peter Fertig.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News