kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Benarkah IHSG bisa turun lebih dalam jika bunga acuan naik? Yuk kita tengok data lama


Kamis, 17 Mei 2018 / 09:52 WIB
Benarkah IHSG bisa turun lebih dalam jika bunga acuan naik? Yuk kita tengok data lama
ILUSTRASI.


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua hari ini, 16-17 Mei 2018, Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG). Meski banyak orang berharap bank sentral menaikkan bunga acuan demi menguatkan rupiah, sebagian kalangan di bursa saham justru ketar-ketir.

Selama ini ada anggapan umum di kalangan pelaku industri keuangan bahwa kenaikan bunga acuan bank sentral bakal menggerus pamor bursa saham. Kenaikan bunga acuan akan dikuti oleh kenaikan bunga simpanan perbankan serta kenaikan bunga surat utang pemerintah maupun obligasi korporasi.

Kenaikan bunga deposito bank dan kupon bunga surat utang berpotensi menarik minat para pemodal untuk memarkirkan uang mereka di bank atau obligasi. Para manajer investasi reksadana campuran, misalnya, boleh jadi akan memperbesar porsi investasinya di obligasi ketimbang saham.

Nah, benarkah kenaikan bunga acuan bank berkorelasi langsung dengan penarikan dana dari bursa saham dan berakibat penurunan harga saham?

Jika pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa mewakili kecenderungan naik-turun harga saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kita bisa membuktikan "hubungan" keduanya dengan mudah.

Tim riset KONTAN mencoba menengok data historis kedua indikator tersebut dalam kurun waktu 2005 sampai sekarang. Mari kita cermati.

Tahun 2005

Bunga acuan (%)

IHSG

Desember 2005

12.75

1.162,635

Nopember 2005

12.25

1.096,641

Oktober 2005

11

1.066,224

September 2005

10

1.079,275

Agustus 2005

8.75

1.050,090

Juli 2005

8.5

1.182,301

Pada tahun 2005, secara berturut-turut BI menaikkan bunga acuan BI-rate dari bulan Agustus sampai Desember. Dari semula BI-rate 8,5% pada bulan Juli, BI menaikkannya menjadi 8,75% pada Agustus. Efeknya ke IHSG? Pada kurun waktu yang sama, IHSG mengalami penurunan dari 1.182,39 (Juli) ke 1.050,90 (Agustus).

Pada September 2005, BI mendokrak lagi BI-rate dengan cukup drastis: 125 basis poin (bps)! Dari 8,75% BI-Rate langsung terbang ke 10%! Apa efeknya terhadap IHSG? Per akhir September IHSG malah naik tipis ke 1.079,27 dari semula 1.050,90 (Agustus).

Sebulan kemudian, Oktober, BI-rate melonjak lagi 100 bps ke 11%. Kali ini IHSG turun ke 1.066,22.

Setelah itu, BI menaikkan lagi BI-rate secara berturut-turut ke 12,25% (November) dan 12,75% (Desember). Selama dua bulan tersebut, IHSG naik lagi ke 1.096,641 (November) dan 1,162.635 (Desember).

Jadi, dihitung sejak kenaikan BI-rate dari Juli sampai Desember, IHSG memang turun meski sangat tipis. Bahkan selama empat bulan setelah kenaikan terakhir dan BI-rate anteng di 12,75%, IHSG terus mendaki hingga 1.464,40 (April 2005).

Bagaimana dengan kenaikan bunga acuan selanjutnya? 

Kenaikan BI-rate berikutnya terjadi pada tahun 2008. Secara beruntun pula BI menaikkan bunga acuan sejak Mei 2008 sampai Oktober 2008. Cuma, kala itu kenaikannya rapi, masing-masing 25 bps, tidak sampai melompat-lompat seperti tiga tahun sebelumnya.

Tahun 2008

Bunga Acuan (%)

IHSG

Desember 2008

9.25

1.355,408

Nopember 2008

9.5

1.241,541

Oktober 2008

9.5

1.256,704

September 2008

9.25

1.832,507

Agustus 2008

9

2.165,943

Juli 2008

8.75

2.304,508

Juni 2008

8.5

2.349,105

Mei 2008

8.25

2.444,349

April 2008

8

2.304,516

Pada Mei 2008 BI manaikkan BI-rate dari sebelumnya 8% (April) menjadi 8,25%. Setelah itu BI-rate kembali naik selama lima bulan beruntun, masing-masing sebesar 25 bps, sehingga pada bulan Oktober 2008 BI-rate sudah bertengger menjadi 9,5%.

Dengan kata lain, selama enam bulan itu bunga acuan bank sentral telah terbang setinggi 150 basis poin alias naik 1,5%. Nah, bagaimana dampaknya ke IHSG kala itu? Mari kita cermati.

Sebulan sebelum kenaikan BI-rate (April) IHSG tercatat di angka 2.304,51. Setelah BI-rate naik (MEI), IHSG bulan itu ditutup ke 2.444,34. Artinya kenaikan BI-rate bulan itu malah dikuti kenaikan IHSG.

Namun, selama lima bulan berikutnya, IHSG terus menerus turun seiring dengan kenaikan bunga acuan. Ketika BI-rate berhenti naik pada Oktober 208, IHSG sudah ambrol ke level 1.256,70. Ternyata kenaikan 1,5% bunga acuan BI diikuti oleh penurunan indeks lebih hampir sedalam 1.048 poin atau sekitar 45%!

Satu catatan yang perlu kita ingat adalah, pada tahun itu ekonomi sedunia sedang terguncang krisis KPR di Amerika Serikat. 

Kenaikan BI-rate selanjutnya baru terjadi lagi pada Februari 2011. Saat itu BI menaikkan bunga acuan dari 6,5% (Januari) menjadi 6,75% (Februari). Tidak ada keniakan susulan.

Tahun 2011

Bunga Acuan (%)

IHSG

Desember 2011

6

3.821,992

Februari 2011

6.75

3.470,348

Januari 2011

6.5

3.409,167


Tak ada kenaikan selama dua tahun setelahnya, bunga acuan kembali naik pada Juni 2013. BI-rate naik dari 5,75% (Mei) ke 6% (Juni). BI-rate naik lagi selama tiga bulan berturut menjadi 6,5% (Juli), 7% (Agustus), dan 7,25% (September). Oktober tak berubah, BI mendongkrak lagi bunga acuan pada November menjadi 7,5%. Pada kurun yang sama IHSG malah naik dari 3.409,17 ke 3.470,35. Bahkan selama lima bulan berikutnya IHSG naik terus mendaki ke 4.130,80 (Juli).

Tahun 2013

Bunga Acuan (%)

IHSG

Desember 2013

7.5

4.274,177

Nopember 2013

7.5

4.256,436

Oktober 2013

7.25

4.510,631

September 2013

7.25

4.316,176

Agustus 2013

7

4.195,089

Juli 2013

6.5

4.610,377

Juni 2013

6

4.818,895

Mei 2013

5.75

5.068,628

Bagaimana reaksi IHSG dalam rentang waktu yang sama? Sebelum kenaikan BI-rate (Mei) IHSG masih nangkring di angka 5.068,62. Pada bulan Juni IHSG mulai turun ke 4.818,89 bahkan terus merosot sampai 4.195,09 pada Agustus 2013. 

Sempat naik lagi sampai Oktober ke 4.510,63, IHSG turun lagi sejalan dengan kenaikan bunga acuan pada bulan November di 4,256.436.

Di masa pemerintahan Jokowi, belum genap sebulan setelah dilantik, BI menaikkan BI-rate pada November 2014. Dari sebelumnya (Oktober) 7,5%, bunga acuan diungkit menjadi 7,75%. Seolah tak mereken kenaikan itu, IHSG terus naik dari 5.089,55 (Oktober) sampai 5.289.40 (Januari 2015).

Tahun 2014

Bunga Acuan (%)

IHSG

Desember 2014

7.75

5.226,947

Nopember 2014

7.75

5.149,888

Oktober 2014

7.5

5.089,547

Itulah terakhir kali bunga acuan mengalami kenaikan. Sejak Februari 2015 BI berangsur-angsur menurunkan bunga acuan. Bahkan semenjak BI 7-day (Reverse) Repo Rate menggantikan BI-rate menggantikan BI pada April 2016, belum sekali pun acuan baru itu turun.

Jika hari ini (17/5) BI benar-benar mengumumkan kenaikan bunga acuan, berarti ini kali kedua bunga acuan naik sejak pemerintahan Jokowi-JK, sekalgus ini menjadi kenaikan pertama bagi BI 7-day (Reverse) Repo Rate.

Kira-kira bagaimana efeknya terhadap IHSG? Benarkah akan melunturkan pamor bursa saham yang belakangan memang terasa lebih mendebarkan? Tentu saja kita hanya bisa menduga-duga. Dari data yang sudah kita tinjau tadi, memang tampak kecenderungan terjadi penurunan IHSG ketika BI menaikkan bunga acuan secara beruntun dalam beberapa bulan.

Gejala ini tampak pada kenaikan BI-rate pada tahun, 2005, 2008, dan 2013. Namun, ingat pula, pada tahun 2005 IHSG sudah mampu memulihkan diri  ketika bunga acuan masih dinaikkan BI.

Di luar itu, ketika bunga acuan hanya berlangsung tunggal, tahun 2011 dan 2014 dan tidak naik secara beruntun, IHSG rasa-rasanya tidak terpengaruh signifikan.

Jadi, apakah pelaku pasar saham baru perlu berdebar menjelang Rapat Dewan Gubernur BI bulan depan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×