Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pada tahap awal, kehadiran short selling bisa mendorong kenaikan nilai transaksi harian sebesar 2% sampai 3%.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI, Irvan Susandy, menyampaikan di beberapa bursa luar negeri, short selling bisa meningkatkan nilai transaksi di sekitar 2% sampai 7%.
Ambil contoh, di bursa Singapura atau Singapore Exchange (SGX) transaksi short selling telah mendorong 18% dari nilai transaksi harian. Kemudian di Hong Kong, short selling bisa berkontribusi sebesar 17%.
Baca Juga: Roller Coaster di Semester I, Cek Arah IHSG dan Saham Unggulan Analis di Semester II
"Karena ini merupakan sesuatu yang baru di pasar modal Indonesia, untuk tahap awal kami menargetkan nilai transaksi short selling sekitar 2%-3% dari nilai transaksi harian yang ada saat ini," jelas Irvan, Minggu (30/6).
Berdasarkan data per Jumat (28/6), rata-rata transaksi harian (RNTH) berada di level Rp 12,28 triliun. Artinya, short selling dapat mengerek nilai transaksi sekitar Rp 268 miliar dengan asumsi kenaikan 3%.
Namun dengan adanya perkembangan bisnis, semakin banyaknya investor yang mengetahui risk dan return dari perdagangan short selling BEI berharap akan terjadi nilai transaksi.
"Serta semakin banyaknya Anggota Bursa yang berpartisipasi, maka hal ini akan meningkat dalam satu sampai tiga tahun mendatang," ucap Irvan.
Baca Juga: Tetap Dilanjutkan, BEI Yakin Dampak Positif Penerapan Short Selling
Seperti diketahui sampai saat ini, belum ada satupun anggota bursa (AB) yang telah mendapatkan izin penyedia short selling. Namun dalam pipeline BEI ada 10-12 AB dalam tahap persiapan.
Irvan memastikan lisensi transaksi short selling ini terbuka untuk semua AB, terutama yang sudah memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 6 Tahun 2024.
"Jenis AB yang sedang proses persiapan menjadi AB short selling bervariasi. Ada yang lokal, broker regional hingga perusahaan sekuritas milik BUMN," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News