Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggelar initial public offering (IPO) tahun ini hingga tahun depan. Beberapa anak usaha BUMN yang telah menawarkan saham perdana tak memperoleh hasil maksimal di pasar.
Dalam prakteknya, anak usaha BUMN ini hanya melepas saham minimum ke publik, atau berbeda dengan rencana awal perusahaan. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) misalnya hanya melepas 2,82 miliar saham atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.
Padahal sebelumnya, GMFI berencana menjual sebanyak-banyaknya 20% saham ke publik lewat IPO. 30% atau . Sedangkan porsi saham yang dilepas untuk investor strategis naik dari 10% menjadi 20%. GMFI akan melepas saham ke investor strategi pada semester pertama tahun depan.
Dengan aksi korporasi dua lapis ini, GMFI melepas total 30% saham atau setara 10,89 miliar saham baru ke publik dan investor strategis.
Dari sisi harga, GMFI pun lebih suka mematok harga di level bawah. Dari kisaran harga Rp 390-Rp 550 per saham, GMFI memilih harga IPO Rp 400.
Tak cuma GMFI, PT PP Presisi juga melepas saham IPO di target bawahnya yakni sebesar 23%. Padahal sebelumnya PT PP Presisi mengatakan bahwa perusahaan tersebut bakal melepas 35% sahamnya ke publik. Kisaran harga IPO PP Presisi adalah Rp 430-Rp 550 per saham. PP Presisi menetapkan harga IPO di level terbawah, yakni Rp 430.
Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan bahwa saat ini harga yang dipatok oleh saham-saham anak usaha BUMN tersebut terlalu tinggi. "Saran untuk underwriter, lihat maximum price lalu potong 20% untuk kepentingan investor," kata Tito, Senin (13/11).
Dengan demikian, menurut Tito, investor bisa beroleh keuntungan. Dia juga mengimbau supaya anak usaha BUMN melanjutkan IPO untuk memperkuat industri dan memperkuat pasar modal lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News