Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah faktor dari domestik dan eksternal mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini. Namun, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, faktor fundamental makroekonomi yang kuat bisa membantu pasar modal menghadapi sentimen negatif dari eksternal.
“Faktor makroekonomi tentunya meliputi kinerja negara kita, terutama terkait stabilitas nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, pengelolaan fiskal, dan faktor fundamental perusahaan,” kata Samsul dalam Youtube Channel DBS Indonesia bertajuk Asian Insights - Menakar Arah Pasar Modal 2018, Rabu (21/2).
Sebagai gambaran, tahun lalu, laju inflasi di kisaran 3,30% hingga 4,37%. Sementara, di awal tahun ini, tingkat inflasi masih terjaga di angka 3,25%.
Hal inilah yang menjaga laju pasar modal sejauh ini. Sepanjang 2012-2017, IHSG rata-rata naik 7,1% per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan IHSG, aktivitas transaksi juga tumbuh dari Rp 4 triliun pada 2012 menjadi Rp 7,5 triliun pada 2017. Ini membuktikan bahwa pasar modal Indonesia sudah cukup kuat.
Menurut Samsul, kuatnya pasar modal Indonesia, menyebabkan sentimen eksternal seperti kebijakan kenaikan suku bunga dan penurunan pajak di Amerika Serikat (AS) yang disinyalir akan mengancam pasar domestik, nyatanya tak terbukti. Kebijakan tersebut sebelumnya dikhawatirkan akan memicu dana asing kembali ke pasar AS.
"Investor asing justru cenderung mengamankan investasinya di emerging markets dan sangat berhati-hati dalam melakukan aksi profit taking," paparnya.
Hal ini diperkuat dengan daya serap pasar domestik cukup baik. "Mungkin ini merupakan impact dari kegiatan amnesti pajak. Di mana dana-dana amnesti pajak dimanfaatkan atau dimasukkan ke sektor pasar modal,” imbuh Samsul.
Terbukti dengan adanya pertumbuhan investor domestik dalam dua tahun terakhir sebanyak 200.000 investor. Sehingga, saat ini total terdapat 600.000 investor di pasar modal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News