Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki rencana untuk menyeragamkan metode penghitungan indeks. Saat ini, metode yang dimiliki ada dua yakni full market capitalization weighted average dan capped adjusted free float market capitalization weighted average.
Dalam rencananya, metode penghitungan indeks akan disamakan menggunakan metode capped adjusted free float market capitalization weighted average. Ini berlaku baik untuk indeks konstituen maupun indeks sektoral.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, penyeragaman metode tersebut tidak ada masalah. Selain itu, penerapan metode capped adjusted free float market capitalization weighted average juga telah digunakan sebelumnya untuk indeks LQ45 dan IDX30. "Penyeragaman malah memudahkan investor dalam berhitung," ujarnya kepada kontan.co.id, Rabu (21/4).
Di sisi lain, dengan metode free float atau jumlah saham yang dimiliki investor secara luas dinilai lebih baik lantaran menggambarkan keseluruhan. Dengan demikian, akan mencerminkan keadaan pasar.
Baca Juga: Wall Street menghijau, kinerja Netflix menurunkan harapan sektor teknologi
Wawan menilai dengan penerapan metode tersebut tidak akan mempengaruhi indeks. Ia mencontohkan saat penerapan pada LQ45 perubahannya tidak besar yaitu di kisaran 1%-5%.
Dia menambahkan, penurunan tersebut juga akibat terjadinya rebalancing yang dilakukan oleh dari emiten yang memiliki free float besar. Namun, hal itu hanya bersifat jangka pendek. "Sebab secara jangka panjang yang dilihat dari kinerja fundamentalnya," ujar Wawan.
Dia juga menegaskan, melalui penyeragaman metode penghitungan indeks ini tidak akan mempengaruhi harga saham.
Baca Juga: BEI akan luncurkan Indeks IDX-MES BUMN 17, intip saham yang masuk
Senada, Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menuturkan secara umum penyeragaman metode penghitungan indeks ini baik. "Karena kalau adjusted by free float juga lebih mencerminkan saham outstanding yang investible atau dapat diinvestasikan," ujar dia.
Zamzami juga menilai secara kinerja emiten juga tidak akan terpengaruh. Kemudian tidak ada dampak kerugian bagi investor.
"Cuma memang weight-nya kemungkinan berubah, apa lagi yang free float-nya kecil seperti TPIA dan HMSP. Sehingga dampaknya mungkin ada adjustment bobot juga pada saham-saham yang berubah bobotnya pada produk-produk investasi yang pasif atau mengikuti indeks," kata Zamzami.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dengan metode yang direncanakan ini, penghitungan bobot memakai market cap yang berdasarkan free float-nya. Nah, jika bobot menjadi lebih kecil karena free float kecil maka saham-saham tersebut punya kontribusi lebih kecil ke pergerakan IHSG.
Baca Juga: Selain perlambatan ekonomi, ini sejumlah sentimen lain yang bisa menekan IHSG
Dampak lainnya dengan penurunan bobot yakni kepada investor atau fund manager yang berpacu ke bobot suatu saham tersebut di IHSG. Ia mencontohkan investor atau fund manager yang mengelola fund pasif akan rebalancing alokasinya supaya lebih baik mengikuti indeks.
"Untuk fund yang aktif dan punya saham yang jadi lebih kecil weight-nya di IHSG, mungkin juga akan rebalancing supaya baik reflect strategy-nya kalau overweight ke saham itu bisa menambah posisi dan kalau underweight bisa mengurangi posisi berdasarkan alokasi strategis mereka dibanding benchmark atau IHSG," pungkas dia.
Baca Juga: IHSG terkoreksi tiga hari berturut-turut, penurunan bisa berlanjut pada Kamis (22/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News