Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Fendi berpandangan pergerakan IHSG maupun nilai tukar rupiah saat ini masih terbilang wajar. Menurut dia, pelemahan IHSG belakangan ini masih berupa koreksi normal akibat pelaku pasar melakukan aksi profit taking, belum menjadi sinyal terjadi capital outflow secara signifikan.
"Ini masih aksi profit taking yang biasa terjadi dalam satu-dua pekan, minggu depan bisa balik lagi. Kecuali jika IHSG turun signifikan hingga ke bawah 6.600, itu bisa jadi sinyal ada capital outflow," imbuh Fendi.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menambahkan, pelemahan IHSG sebagian besar didorong oleh meningkatnya risiko pasar terhadap langkah hawkish The Fed pada FOMC Meeting September. Namun, hingga pelaksanaan FOMC, IHSG masih punya peluang bergerak lebih stabil.
Baca Juga: Dana Asing Cabut Rp 14,59 Triliun dari Pasar Keungan RI di Pekan Kedua Agustus 2023
Agar itu terjadi, syaratnya ada dua kondisi. Pertama, FFR tidak naik pada bulan depan. Kedua, ada kenaikan FFR sebanyak 25 bps, tapi disertai kebijakan The Fed yang lebih dovish dengan langkah menghentikan kenaikan suku bunga.
Nico pun memprediksi IHSG masih punya peluang untuk kembali menembus level 7.000, asalkan sentimen domestik masih kondusif. Dalam jangka pendek, IHSG diprediksi bergerak dengan support 6.800 dan resistance di 6.950.
Catatan Nico, ketika spread BI dan The Fed semakin menyempit dan terjadi capital outflow, kondisi ini bakal menjadi katalis negatif bagi saham-saham big caps. "Mereka punya tren pergerakan investor asing yang besar, sehingga risiko potensi outflow asing akan lebih besar," jelasnya.
Pelaku pasar juga mesti cermat dalam memilah saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti di sektor perbankan, teknologi dan properti. Di antara sektor tersebut, Nico masih merekomendasikan koleksi saham BBRI dengan resistance terdekat di 5.700 dan short term trading BELI target harga di Rp 466.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memprediksi pada pekan RDG BI, IHSG akan bergerak dalam rentang 6.800 - 6.971. Untuk sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, Pandhu masih optimistis terhadap outlook sektor perbankan yang bisa mempertahankan kinerja solid pada semester I-2023.
Baca Juga: Kurs Rupiah Berpotensi Menguat pada Perdagangan Senin (21/8) Besok
Sehingga jika terjadi koreksi, bisa menjadi peluang buy on weakness. "Menarik diperhatikan saham BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI sebagai market leader, kinerja kuat dan memiliki likuiditas yang baik," kata Pandhu.
Kinerja sektor properti dan otomotif juga ditaksir masih apik. Hanya saja, perlu waspada karena sudah naik tinggi sejak awal tahun sehingga pergerakan sahamnya cukup rawan. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan sell on strength terlebih dulu untuk jangka pendek, sambil menunggu momentum yang lebih baik setelah koreksi.
Saham yang bisa dicermati adalah CTRA, BSDE, KIJA, IMAS, dan AUTO. Sektor sensitif suku bunga lainnya adalah teknologi, yang menurut Pandhu masih belum menarik dengan rata-rata tingkat profitabilitas yang masih lemah.
Sementara itu, di tengah penantian pasar terhadap arah suku bunga BI dan The Fed ini, Nanang memprediksi nilai tukar rupiah masih bergerak di zona Rp 15.000. Area Rp 15.380 sampai dengan Rp 15.550 menjadi area psikologis.
Sedangkan Nico melihat potensi rupiah menguji level Rp 15.355 pada pekan ini, dengan target penguatan di level Rp 15.200 per dolar AS. "Setelah sentimen pasca FOMC September diproyeksikan lebih terukur, nilai rupiah akan mencatat penguatan yang lebih stabil pada kuartal keempat," tandas Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News