kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,72   -5,64   -0.61%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Barito Group tak tenggelam diterpa dua krisis


Jumat, 30 September 2016 / 14:52 WIB
Barito Group tak tenggelam diterpa dua krisis


Reporter: Anna Suci Perwitasari, Barly Haliem, Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Rizki Caturini

Nama Prajogo Pangestu sempat berkibar sebagai seorang pengusaha sektor kehutanan handal di Indonesia. Bahkan sebelum krisis ekonomi 1997 menghantam, pendiri Grup Barito ini menjadi pengusaha perkayuan terbesar di Indonesia.

Cikal bakal bisnis kayu Prajogo dimulai di pengujung era 70-an. Di tahun 1979, Prajogo mendirikan PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan, yang bergerak di bidang pengolahan hasil hutan terintegrasi. Perusahaan ini kelar berganti nama menjadi PT Barito Pacific Timber.

Bisnis Prajogo berkembang sangat pesat di era orde baru. Pada 1993, Barito Pacific Timber masuk bursa saham dengan kode BRPT. Prajogo juga masuk ke bisnis petrokimia dengan mendirikan Chandra Asri dan Tri Polyta Indonesia. Perusahaan yang disebut belakangan juga menjadi perusahaan terbuka di 1996, dengan kode TPIA.

Namun, saat krisis ekonomi menerpa, bisnis pria kelahiran 1944 ini mulai goyah. Prajogo pernah bertutur pada KONTAN, sebelum krisis nilai kapitalisasi pasar Barito sempat mencapai US$ 5 miliar. Namun setelah krisis, nilai kapitalisasi pasarnya anjlok jadi US$ 3 juta. 

Bisnis Chandra Asri juga ikut goyang. Utang Chandra Asri mencapai US$ 1,8 miliar. Ini terjadi gara-gara kurs rupiah ambruk, sedang banyak utang Chandra Asri berdenominasi dollar AS. "Akhirnya perusahaan masuk ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan tagihan US$ 1 miliar," kata Prajogo kepada KONTAN beberapa waktu lalu. 

Nasib Tri Polyta tak jauh beda. Pada 1999, perusahaan ini dinyatakan gagal bayar utang. Bahkan, karena membukukan rugi bersih lima tahun berturut-turut, Bursa Efek Indonesia, yang saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta, melakukan delisting atas saham TPIA di 2003.

Kehilangan dua usaha

Prajogo pun berjuang keras melakukan restrukturisasi utang perusahaannya tersebut. Pada akhirnya, restrukturisasi utang tuntas pada tahun 2004. "Ini semua yang berperan paling besar adalah Pak Prajogo Pangestu," tutur Suryandi, Director of Human Resources & Corporate Administration Chandra Asri Petrochemical.

Tapi kenikmatan hanya dirasakan sesaat. Pada tahun 2004, Barito digoyang krisis global setelah harga minyak dunia meroket. Biaya produksi membengkak dan membuat beberapa perusahaan di bawah Barito mulai meriang. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×