Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Pada kondisi saat ini, suku bunga memang tengah berada dalam fase tinggi, sehingga membuat cost fund meningkat.
Pendanaan melalui utang menghasilkan kewajiban beban keuangan berupa bunga yang dibayar secara rutin. Sementara, penggalangan dana melalui rights issue tidak menghasilkan kewajiban rutin berupa bunga.
“Hanya saja, rights issue membuat porsi kepemilikan pemegang saham eksisting berpotensi terdilusi jika tidak turut serta dalam rights issue,” paparnya.
Beberapa emiten yang mau melakukan right issue tersebut berasal dari sektor perbankan. Alfred melihat, rights issue merupakan cara yang paling cepat untuk meningkatkan permodalan.
Baca Juga: Darma Henwa (DEWA) Tepis Isu Masuknya Grup Salim Lewat Obligasi Konversi
“Apalagi di perbankan ada mandatory terkait dengan pemenuhan besaran modal, yang juga mempengaruhi operasional perusahaan,” ungkapnya.
Alfred memaparkan, besaran return menjadi daya tarik dari rights issue emiten. Return rights issue harus lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman.
“Return tersebut dapat diukur atau ditentukan oleh fundamental masing-masing perusahaan,” paparnya.
Selain itu, daya tarik rights issue adalah harga rights issue yang ditawarkan, tujuan penggunaan dana rights issue, dan potensi pertumbuhan fundamental perusahaan yang dihasilkan pasca rights issue.
“Jika tujuan penggunaan dananya untuk ekspansi, tentu akan memberikan potensi pertumbuhan yang lebih besar ke depan dan ini menjadi sentimen positif bagi perusahaan,” ungkapnya.
Baca Juga: Kinerja CPO Tertekan, Intip Rekomendasi Saham Emitennya
Alfred mengatakan, rights issue akan berdampak positif terhadap kinerja para emiten, karena bisa menambah permodalan dan meningkatkan leverage alias kemampuan berutang. Banyak emiten melakukan rights issue karena alasan sudah memiliki tingkat utang yang tinggi.
“Aksi rights issue biasanya mampu meraih jumlah pendanaan yang besar, sehingga akan signifikan bagi neraca perusahaan,” katanya.
Meskipun begitu, Alfred belum memberikan rekomendasi terhadap emiten-emiten yang akan segera melakukan rights issue tersebut.
Untuk emiten non-bank, seperti SAPX dan PANI, valuasi sahamnya dilihat sudah sangat tinggi. Price earning ratio (PER) SAPX sudah 300 kali dan PER PANI sudah 156 kali.
Sementara, untuk emiten pebankan, rights issue kali ini dilatarbelakangi untuk peningkatan modal. Secara valuasi, yang relatif masih murah berdasarkan rasio PBV (Price Book Value) adalah MAYA sebesar 0,4 kali, BCIC 0,6 kali, dan BABP 0,7 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News