Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan membagikan dividen interim dengan besaran yang menarik pada Desember 2025 ini. Manakah saham pembagi dividen interim yang layak dibeli investor ritel?
Salah satu emiten yang akan bayar dividen interim Desember 2025 ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BBCAyang mengumumkan dividen jumbo dengan total mencapai Rp 6,77 triliun.
Nilai tersebut setara 15,6% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk hingga kuartal III 2025 sebesar Rp 43,40 triliun. Cum dan Ex Dividen di Pasar Reguler dan Negosiasi akan berlangsung pada tanggal 2 Desember dan 3 Desember 2025.
Sementara itu daftar Pemegang Saham yang berhak atas pembayaran dividen adalah pada tanggal 4 Desember 2025 (recording date). Selanjutnya, pembayaran dividen interim saham BBCA jatuh pada tanggal 22 Desember 2025.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini, Senin (1/11) Naik Rp 2.000 jadi Rp 2.415.000 per gram
Selain BBCA, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) juga membagikan dividen interim Rp 300 miliar atau setara Rp 35,11 per saham, setara 63,44% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk dalam sembilan bulan pertama 2025.
PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) akan membagikan dividen interim senilai Rp 12,8 miliar atau Rp 16 per saham. Sementara itu, PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO) akan membagikan dividen interim sebesar Rp 2,73 triliun atau sekitar Rp 3 per saham.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah, menilai YUPI sebagai salah satu emiten yang menarik karena menawarkan dividend yield sekitar 2% serta memiliki struktur keuangan yang sehat. Hal ini memberi ruang bagi potensi pembagian dividen final.
Abdul Azis Setyo, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, menilai bahwa di antara emiten yang cum date-nya belum terlaksana, dividen paling menarik datang dari KMDS, YUPI, dan SICO. Ketiganya menawarkan dividend yield sekitar 2%–2,2%, lebih tinggi dibanding BBCA yang hanya sekitar 0,6%.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty, menyebut KMDS menawarkan dividen interim Rp 16 per saham dengan yield sekitar 2,2% dan payout ratio sekitar 27,8%. Menurutnya, rasio tersebut mencerminkan kondisi keuangan yang sehat dan memberi peluang pembagian dividen final di akhir tahun.
SICO membagikan dividen interim Rp 3 per saham dengan yield sekitar 2,1%. Meski konsisten, nilai dividen perusahaan ini cenderung kecil karena prioritas alokasi dana untuk ekspansi dan menjaga struktur keuangan.
Sementara itu, yield dividen BBCA yang berada di kisaran 2%–3% dinilai tetap menarik bagi investor defensif. Hal ini didorong rekam jejak pembagian dividen yang konsisten meningkat setiap tahun serta fundamental yang sangat kuat. Namun, analis mencatat bahwa data publik YUPI relatif terbatas, sehingga penilaian terhadap sustainabilitas dividen masih terbatas.
Tonton: Purbaya Soroti Dana Rp 1.000 Triliun Mengendap di BI
Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham
Abdul Azis melihat prospek BBCA masih solid dengan peluang pertumbuhan kinerja, didukung kebijakan pemerintah yang mendorong kredit. Secara valuasi, BBCA juga dinilai undervalued, meskipun memiliki dividend yield paling kecil dibanding para emiten pembagi dividen lainnya.
Menjelang pembagian dividen interim, investor diingatkan untuk memastikan pencatatan hak dividen serta memperhatikan likuiditas saham, terutama pada emiten berkapitalisasi kecil seperti KMDS dan SICO. Harga saham juga biasanya terkoreksi mendekati nilai dividen ketika memasuki ex date, sehingga strategi dividend capture perlu memperhitungkan potensi tekanan harga.
Azis merekomendasikan trading buy untuk KMDS dengan target harga Rp 740 – Rp 760 per saham, serta level support di Rp 680 – Rp 685 per saham. Ia juga merekomendasikan beli BBCA dengan target harga Rp 8.800 per saham.
Arinda menilai prospek emiten pembagi dividen interim bervariasi. Namun, BBCA tetap menjadi emiten dengan prospek paling defensif dan stabil, didukung kualitas aset yang terjaga, likuiditas kuat, serta kontribusi CASA terhadap margin. Sentimen positif BBCA berasal dari stabilitas ekonomi nasional dan potensi penurunan suku bunga.
Risiko bagi BBCA meliputi persaingan bank digital serta potensi perlambatan kredit jika ekonomi global melemah. Meski demikian, BBCA tetap dinilai sebagai saham yang reliabel. Arinda pun merekomendasikan beli dengan target harga Rp 10.400 per saham.
Selanjutnya: Recall Massal A320 Mulai Mereda, Airbus Selesaikan Pembaruan Software Lebih Cepat
Menarik Dibaca: IHSG Ada Potensi Rebound, Cek Rekomendasi Saham BRI Danareksa Sekuritas Senin (1/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













