Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah The Fed menahan suku bunga tidak cukup membahagiakan bagi pasar kripto. Harga aset digital ini mungkin tidak akan mengalami pergerakan signifikan karena pasar penuh kehati-hatian.
Seperti diketahui, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di pertemuan September 2023. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut memutuskan tingkat suku bunga tidak berubah pada kisaran 5,25%-5,5% pada Kamis (21/9) dini hari.
Langkah The Fed ini sudah sejalan dengan perkiraan pasar, di mana kemungkinan besar jeda kenaikan suku bunga terjadi. Namun, pernyataan The Fed cukup memburamkan prospek pasar yang tetap berhati-hati terhadap masa depan inflasi, dan tidak ada jaminan inflasi akan menjadi lebih longgar.
Bitcoin (BTC) bereaksi terhadap keputusan The Fed dengan menunjukkan penurunan hampir 1% dan diperdagangkan hanya di atas US$ 27.000. Meskipun level itu masih cukup dekat dengan level tertinggi bulanannya.
Baca Juga: Nilai Transaksi Kripto Merosot di Periode Januari–Agustus 2023
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelaskan, proyeksi tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama akan membebani aset-aset berisiko. Sehingga jeda yang diberikan oleh The Fed ini tidak terlalu membahagiakan bagi pelaku pasar, terlebih sesuai dengan proyeksi sebelumnya.
Keputusan The Fed juga mendorong Indeks Dolar AS (DXY) berada di atas 105, mendekati level tertinggi dalam enam bulan, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun bertahan di atas 5,1% dan mendekati level tertinggi dalam 22 tahun.
"Ini membuat tekanan bagi pasar kripto dan Bitcoin untuk melaju dalam jangka pendek," ujar Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (21/9).
Walaupun demikian, Fyqieh menilai, pengumuman kebijakan terbaru The Fed secara garis besar tampaknya tidak terlalu berdampak bagi sentimen di pasar kripto terutama Bitcoin. Di mana, sikap The Fed saat ini menunjukkan suku bunga belum akan turun hingga Januari 2024.
Kebijakan The Fed mungkin tidak menghancurkan pasar kripto dan Bitcoin, tetapi tetap ada ketidakpastian di masa depan, terutama terkait dengan pengetatan regulasi dampaknya pada aset kripto.
Dalam situasi ini, Fyqieh memperkirakan, para pelaku pasar akan tetap waspada dan memantau perkembangan ekonomi dan kebijakan regulasi lainnya untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam berinvestasi dalam kripto dan melihat ETF Bitcoin yang diharapkan sudah disetujui di AS pada kuartal mendatang.
Bitcoin sendiri kemungkinan hanya tidak akan mengalami kenaikan yang cepat dan signifikan dalam waktu dekat. Pergerakannya diperkirakan akan tetap lambat, dan likuiditas pasar mungkin akan menurun.
Baca Juga: Aspakrindo Beberkan Alasan Tiga Calon Pedagang Batal Gabung Bursa Kripto
“Hal ini berarti bahwa altcoin masih memiliki peluang untuk tampil baik, terutama karena para investor mencari peluang investasi yang lebih menarik dalam kondisi suku bunga yang masih tinggi," jelas Fyqieh.
Fyqieh menganalisis, secara teknikal, Bitcoin tampaknya kini terjebak di level support terkuatnya yakni berada di tengah kisaran US$ 27.000 atau sekitar Rp 415 juta. BTC menembus di bawah EMA 50-day dan 200-day pada hari Kamis, hal ini mengirimkan sinyal harga bearish.
Penembusan di atas EMA 200-day dan 50-day akan mendukung pergerakan BTC ke level resistensi US$28.187 atau sekitar Rp433 juta. Namun, kegagalan untuk menembus di atas EMA akan menyebabkan level dukungan US$ 26.755 yang setara Rp 411 juta.
Keputusan suku bunga Fed yang hawkish akan membebani selera pembeli terhadap aset-aset berisiko. Selain pengaruh The Fed, kabar terkait Mt. Gox, kasus SEC vs Ripple dan Coinbase, serta pembaruan ETF BTC spot ke depannya juga perlu diperhatikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News