kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bahana TCW pilih saham jadi investasi paling menarik saat ekonomi mulai pulih


Senin, 19 April 2021 / 12:50 WIB
Bahana TCW pilih saham jadi investasi paling menarik saat ekonomi mulai pulih


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

Sayangnya, dengan sejumlah indikator ekonomi Indonesia yang cukup kuat, penyaluran kredit dari perbankan masih rendah. Tahun ini, penyaluran kredit perbankan masih minus 2,09% dibandingkan penyaluran kredit di 2013 yang hampir mencapai 22%. 

Hal ini karena perbankan memilih membeli SBN dibandingkan penyaluran kredit. Saat ini, kepemilikan bank di SBN mencapai Rp 1.600 triliun, jauh melebihi investor asing.

Budi pun melihat penguatan ekonomi Indonesia masih terbatas karena dana asing yang masuk ke pasar saham juga masih terbatas dibandingkan investor domestik. Kepemilikan investor domestik ritel terhadap market tampaknya mendominasi IHSG, dengan kepemilikan investor ritel terhadap market mencapai 21%, dan volume transaksi mencapai 75%. Sementara, asing masih belum terlihat aktif di pasar saham.

Di satu sisi fundamental rupiah masih relatif kuat, ditopang dari kenaikan harga komoditas yang kuat dan mengimbangi kenaikan harga impor minyak. Untuk strategi investasi, Bahana TCW Investment Management melihat, aset saham berpotensi lebih besar ketimbang pasar obligasi maupun pasar uang.

Baca Juga: Sentul City (BKSL) jual AEON Mall Sentul senilai Rp 1,9 triliun

“Kami melihat saat ini market bereaksi negatif terhadap sentimen positif. Meski demikian, kami melihat bahwa pasar saham akan menguat dengan melihat indikator ISLVE (Interest Rate - Sentiment - Valuation - Liquidity - Earning),” ungkap Budi.

Indikator ISLVE didasari pada interest rate (suku bunga) yang relatif rendah berpotensi memperkuat daya beli masyarakat dan berpotensi menguatkan saham-saham siklikal seperti saham properti dan otomotif. 

Ditambah lagi, Budi menilai valuasi IHSG yang cukup murah. Sementara, likuiditas di pasar saham perlahan masuk namun tak kencang. Meski demikian, indikator earning (laba) masih belum terlihat menarik, dan akan melihat obligasi korporasi yang direstrukturisasi.

Selanjutnya: Gunakan Strategi Diversifikasi Investasi selama Pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×