Reporter: Riendy Astria, Dyah Ayu Kusumaningtyas, Albertus M. Prestianta | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Penyematan label investment grade oleh lembaga pemeringkat utang internasional, ternyata belum meningkatkan rasa percaya diri bagi manajer investasi. Lihat saja, Bahana TCW Investment Management hanya membidik pertumbuhan moderat.
Manajemen Bahana hanya mematok dana kelolaan sebesar Rp 21 triliun, tumbuh 14% dibandingkan tahun 2011. Jumlah ini lebih kecil dari pencapaian tahun 2010, saat pasar modal juga tengah bergairah, yakni tumbuh 37% menjadi Rp 18,1 triliun.
Sedangkan tahun 2011 lalu, dana kelolaan memang tumbuh tipis, hanya menjadi Rp 18,5 triliun karena bursa terpuruk. "Target pertumbuhan ini sudah tinggi," kata Edward Lubis, Direktur Utama Bahana, saat pemaparan outlook reksadana tahun 2012, Kamis (19/1).
Edward mengatakan, pihaknya akan menerbitkan sejumlah reksadana berbasis saham. Selain itu, Bahana TCW akan mengoptimalkan reksadana yang baru keluar pada tahun 2011, Bahana Quant Strategy (BQS).
Per Desember 2011, dana kelolaan BQS sebesar Rp 340 miliar. "Tahun ini, dana kelolaan BQS harus meningkat dua kali lipat," tandas Edward.
Sementara Batavia Prosperindo Aset Manajemen berani membidik pertumbuhan agresif. Karma P Siregar, Associate Director Mutual Fund Sales & Marketing Batavia menyatakan, target dana kelolaan tahun ini mencapai Rp 13,5 triliun, tumbuh 28,6% dari tahun 2011. Pertumbuhan itu juga lebih tinggi dari pencapaian tahun 2011, hanya tumbuh 18% dari tahun 2010.
Manajemen Batavia meyakini, label investment grade akan mendorong investor berinvestasi. Oleh karena itu, mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut. "Kami siap menyedot dana investor dengan reksadana yang baru, serta mengoptimalkan produk lama," kata Karma, singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News