Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
Pemulihan ekonomi, lanjut dia, pada akhirnya memberi dampak pada peningkatan barang import dan berujung pada kenaikan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan mencapai 2,3 % dari pertumbuhan ekonomi, dibanding perkiraan tahun lalu sekitar 2 %.
Harry Su juga menyampaikan bahwa dalam "roadshow" yang dilakukan Bahana ke Eropa pada pertengahan Desember lalu, investor memberi penilaian negatif terhadap situasi politik Indonesia.
Penyelesaian kasus hukum yang menjerat Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam merencanakan investasi mereka di Indonesia.
"Pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan menjadi gambaran atas apa yang dapat terjadi pada pemilihan presiden pada 2019 mendatang," katanya.
Bila Indonesia mampu mengatasi kegaduhan politik, lanjut Harry Su, Bahana meyakini pondasi pemerintah untuk melaju dengan pesat dan menarik investasi akan semakin kuat.
Dengan bauran antara optimisme dan kegaduhan politik yang membayangi Indonesia sepanjang tahun ini, Bahana merekomendasikan beli untuk saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan target harga Rp10.000, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp5.000, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp3.267, dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan target harga Rp1.800.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News