kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.414   41,00   0,25%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Cek Rekomendasi Saham Indeks KOMPAS100 Usai Rebalancing


Selasa, 29 Juli 2025 / 07:54 WIB
Cek Rekomendasi Saham Indeks KOMPAS100 Usai Rebalancing
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham pilihan untuk indeks KOMPAS100 usai melakukan rebalancing


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja melakukan kocok ulang konstituen indeks KOMPAS100 untuk periode 1 Agustus 2025 hingga 30 Januari 2026.

Dalam rebalancing kali ini, saham PT Berdikari pondasi Perkasa Tbk (BDKR), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ), dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) terlempar dari KOMPAS100. 

Sebagai gantinya ada PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Bank Panin Tbk (PNBN), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA), PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), dan PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) bergabung ke dalam indeks. 

Asal tahu saja, kinerja indeks KOMPAS100 tercatat hanya menguat 0,20% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Kinerja tersebut jauh di bawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah menguat 7,55% YTD.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pilihan untuk Hari Ini (29/7), IHSG Berpotensi Melemah

Rully Arya Wisnubroto, Kepala Riset dan Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas memandang, kinerja KOMPAS100 yang jauh di bawah IHSG terjadi karena pendorong utama kenaikan IHSG adalah saham-saham yang sebelumnya bukan konstituen KOMPAS100, seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan DSSA.

“Sementara, beberapa saham yang lagging turut memberi kontribusi penurunan terhadap KOMPAS100, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI),” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/7/2025).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat, saham konstituen KOMPAS100 bergerak cenderung terkoreksi sejak awal tahun 2025. 

“Mulai dari BBRI, BBCA, BMRI, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO),” ungkapnya kepada Kontan, Senin (28/7).

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan mengatakan, konstituen yang memberatkan kinerja KOMPAS100 berasal dari sektor teknologi dan media.

Saham BMTR, INET, hingga WIFI memang selama ini masih kurang likuid dan tidak terlalu mendukung kinerja indeks. “Jadi keluarnya mereka dalam rebalancing ini justru bisa memberi ruang perbaikan untuk indeks secara keseluruhan,” katanya kepada Kontan, Senin (28/7/2025).

Rully melihat, indeks KOMPAS100 justru lebih mencerminkan kondisi ekonomi saat ini. Sedangkan, IHSG kenaikannya lebih didorong oleh growth stock yang cenderung masih spekulatif.

Ke depan, kata Rully, agak sulit untuk memperkirakan akan seperti apa kinerja indeks KOMPAS100. “Ini lantaran saham-saham penggerak IHSG, seperti DCII dan DSSA, sudah naik terlalu tajam,” paparnya.

Baca Juga: Rekomendasi Saham PGUN dan JARR yang Kinerjanya Naik di Semester I 2025

Felix melihat, dengan masuknya saham-saham seperti BUKA, BUMI, CLEO, DSSA, dan SMDR, prospek KOMPAS100 bisa mulai membaik. Apalagi, beberapa dari mereka sedang mengalami momentum pertumbuhan kinerja. 

Namun, tetap harus dicermati bahwa indeks ini masih rentan terhadap aksi profit taking karena banyak saham sektor consumer cyclical dan komoditas di dalamnya. 

Sepanjang semester II 2025, sektor energi (BUMI, DSSA, dan TOBA), logistik (SMDR dan TCPI), dan konsumer (CLEO, AADI, dan MIDI) diperkirakan akan jadi motor utama penggerak KOMPAS100.

“Tapi ada juga sektor properti (ASRI) dan bank menengah (PNBN) yang masih harus dibuktikan ketahanannya terhadap tekanan suku bunga tinggi,” ungkapnya.

Secara individual, CLEO dan SMDR menunjukkan pertumbuhan operasional yang solid. CLEO konsisten mencetak pertumbuhan penjualan double digit dan ekspansi pabrik baru, sedangkan SMDR diuntungkan dari lonjakan volume ekspor dan kenaikan tarif logistik. 

DSSA juga menarik karena posisinya sebagai emiten energi terintegrasi berbasis batu bara yang juga masuk ke pembangkit listrik dan energi terbarukan. 

“Sementara itu, pergerakan saham BUKA dan BUMI masih volatile, dipengaruhi sentimen jangka pendek pasar dan kinerja yang belum sepenuhnya stabil,” tuturnya.

Nico menuturkan, saham-saham konstituen baru KOMPAS100, seperti AADI, ASRI, BUKA, BUMI, CLEO, DSSA, PNBN, SMDR, STAA, TAPG, dan TCPI, berpotensi untuk mengalami kenaikan.

 

Namun, kenaikannya tergantung seberapa besar kapitalisasi pasar yang mereka miliki. Misalnya, saham perbankan, memiliki market cap besar, tetapi harganya sulit untuk naik.

Hal ini akan sulit untuk mendorong indeks KOMPAS100 untuk bisa bangkit. “Saat ini kalau diperhatikan berdasarkan market cap, sektor perbankan masih menjadi pemberat,” tuturnya.

Di semester II 2025, ada empat sentimen positif penggerak kinerja indeks KOMPAS100. Pertama, kesepakatan yang semoga tercapai antara Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia.

Kedua, potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed. Ketiga, pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI).

Terakhir, sejumlah program pemerintah mulai berjalan, seperti Koperasi Merah Putih dan program Makan bergizi Gratis (MBG) diharapkan maksimal pada bulan Agustus 2025.

Sementara, sentimen negatif berasal dari tensi geopolitik tambahan antara Thailand dengan Kamboja, kesepakatan tarif yang masih bisa berubah, dan kebijakan Trump yang selalu berubah.

Nico pun melihat investor bisa memerhatikan sejumlah saham konstituen KOMPAS100, seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, PANI, ASII, BBNI, BRIS, ICBP, AMRT, CPIN, INDF, PGEO, BRMS, MBMA, MYOR, ADMR, EXCL, JPFA, RAJA, AUTO, dan ERAA.

Baca Juga: IHSG Tembus Rekor Tertinggi, Didorong Saham Konglomerat Tak Likuid

Praktisi pasar modal sekaligus Founder WH-Project, William Hartanto merekomendasikan beli untuk CLEO dengan target harga Rp 615 - Rp 700 per saham. Rekomendasi buy on weakness disematkan untuk TAPG dengan target harga Rp 1.390 - Rp 1.450 per saham.

Analis Teknikal Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius menyebut, pergerakan saham CLEO masih tertahan pada neckline pola double top pada area resistance Rp 680 per saham.

“Kemudian, pergerakannya tertahan di bawah garis EMA20, sehingga berpotensi melanjutkan penurunan ke level support Rp 550 per saham,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/7). Joshua merekomendasikan wait and see untuk CLEO.

Selanjutnya: Promo HokBen Payday 25-31 Juli 2025, Makan Hemat Berdua di Akhir Bulan

Menarik Dibaca: Trigger dan 5 Drakor Action Kriminal Penuh Aksi Menegangkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×