Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pertambangan batubara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan rekor kinerja tertinggi tahunan pada 2022.
Pendapatan usahanya meningkat 103% year on year (YoY), dari US$ 3,99 miliar menjadi US$ 8,10 miliar. Kemudian, laba bersihnya melesat 167,07% YoY menjadi US$ 2,49 miliar, dari US$ 933,49 juta.
Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan, realisasi kinerja ADRO pada tahun lalu sesuai dengan ekspektasinya. Salah satu faktor pendorong kinerjanya adalah kenaikan harga batubara yang begitu tinggi. Sepanjang tahun lalu, harga rata-rata batubara tercatat sebesar US$ 357,6 per ton atau meningkat 161,69% YoY.
Dalam riset tanggal 8 Maret 2023, Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo menjabarkan, ADRO juga mencapai rekor produksi tertinggi sepanjang masa pada tahun 2022, yakni sebesar 62,9 juta ton alias tumbuh 19% YoY. Pencapaian ini didorong oleh kapasitas produksi yang lebih besar.
ADRO mampu melampaui target produksinya yang sebesar 60 juta ton meskipun menghadapi kondisi cuaca yang tidak menguntungkan pada kuartal IV-2022.
Produksi batubara termal menjadi kontributor utama peningkatan tersebut, yakni sebesar 59,5 juta ton atau naik 18% YoY. Sisanya berasal dari produksi batubara metalurgi sebesar 3,4 juta ton atau meningkat 47% YoY.
Kenaikan produksi tersebut diikuti dengan volume penjualan ADRO yang juga tumbuh 19% YoY menjadi 61,3 juta ton. Hal ini terjadi berkat permintaan solid dari China dan India karena kedua negara dilanda gelombang panas selama kuartal II-2022 sampai dengan kuartal III-2022.
Baca Juga: Laba Melonjak, Emiten Tambang Batubara Diprediksi Royal Bagikan Dividen
Kemudian, ADRO juga membukukan kenaikan average selling price (ASP) hingga 73% YoY dengan pertumbuhan penjualan batubara dengan nilai kalori medium sebesar 22% YoY. Sementara itu, penjualan batubara dengan nilai kalori rendah hanya naik 6%.
Lebih lanjut, kenaikan pesat yang terjadi pada laba bersih ADRO juga didukung oleh rasio pengupasan ADRO yang lebih rendah menjadi 3,7 kali dibanding 4,2 kali pada tahun sebelumnya. Penurunan rasio pengupasan ini berkontribusi pada penurunan biaya produksi.
Untuk tahun 2023, Rio melihat prospek sektor batubara kurang menarik dibandingkan tahun 2022. Rata-rata harga batubara relatif stabil di kisaran US$ 200 per ton dibandingkan rata-rata harga batubara di 2022 sebesar US$ 357,67 per ton.
Per Senin (3/4), harga batubara berada di US$ 193 per ton atau merosot 52,25% secara year to date (YtD).
Permintaan dari Eropa pada tahun ini diprediksi turun karena pasokan yang memadai serta berkurangnya produksi listrik dengan tenaga batubara.
"Dari sisi suplai, India, Australia, dan China diperkirakan akan mencatatkan peningkatan produksi batubara sehingga harga batubara diperkirakan akan termoderasi di 2023," ucap Rio saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/4).
Axel pun memperkirakan, ADRO bakal menargetkan volume penjualan sebesar 62 juta-64 juta ton pada 2023 dengan porsi batubara metalurgi sebesar 6%. Sebagai perusahaan yang secara historis berhasil memenuhi target tahunannya, Axel memasukkan angka tersebut ke dalam asumsinya.
Namun, proyeksi target volume penjualan ADRO yang ia tetapkan berada di bawah 62 juta ton atau hanya naik 1% YoY.
"Meskipun begitu, revisi ke atas masih dimungkinkan, mengingat potensi permintaan yang kuat dari India sebagai negara yang mungkin menghadapi gelombang panas di kuartal II-2023," kata Axel.
Baca Juga: Mendekati Tahun Politik 2024, Begini Agenda Bisnis Adaro Energy (ADRO) pada 2023
Sementara itu, ia memperkirakan laba bersih ADRO untuk 2023 bakal merosot 24%. Selain mengantisiapsi kenaikan biaya, proyeksi ini mempertimbangkan estimasi harga batubara yang secara rata-rata berada di US$ 250 per ton atau turun 30% YoY pada tahun ini.
Dari segi pendapatan, Rio memproyeksi ADRO dapat mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4% YoY dibandingkan tahun 2022. Nilai tersebut diperoleh dari perhitungan rata-rata ROE ADRO dari 2017 sampai 2022 dan dividend payout ratio (DPR) ADRO dari periode yang sama.
Meski harga batubara turun, diversifikasi bisnis ke energi terbarukan berpotensi mendorong pertumbuhan dan menjaga kinerja ADRO ke depannya, menyusul moderasi harga batubara dan peralihan ke energi hijau.
Dengan begitu, menurut Rio, pendapatan ADRO berpotensi ditopang dari usaha lainnya, bukan hanya dari usaha utama ADRO saat ini.
Merujuk riset tanggal 13 Maret 2023, Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario mengatakan, investasi ke dalam proyek baru batubara memang menyurut. Pasalnya, bank menahan pembiayaannya ke sektor ini karena janjinya untuk mendukung kebijakan nol emisi.
Di sisi lain, sektor pembangkit listrik energi terbarukan belum sepenuhnya matang untuk mengambil alih pembangkit listrik tenaga batubara setidaknya untuk 2023.
Alif merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp 3.100 per saham. "Meski ASP akan ternormalisasi, ia menilai ADRO akan menarik minat investor dengan strategi jangka pendek karena memberikan dividen yang atraktif dan adanya buyback saham," ungkap Alif
Sementara itu, Axel merekomendasikan netral ADRO dengan target harga Rp 3.100. Sama seperti Alif, ia melihat program pembelian kembali saham baru-baru ini mampu memberikan perlindungan terhadap penurunan harga lebih dalam.
Kemudian, menurut Rio, secara fundamental, ADRO masih dapat diperhatikan karena memiliki harga relatif rendah dibandingkan sektoral.
Per Jumat (31/3), PER dan PBV ADRO berada di 2,37x dan 0,98x, relatif rendah dari PER sektor energi per Februari 2023 yang sebesar 6,02x dengan PBV 1,11x. Secara teknikal, ia merekomendasikan wait and see ADRO dengan target Rp 3.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News