Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Saham PT Bumi Resource Tbk (BUMI) memang sedang ramai dibeli investor. Tercatat saham BUMI dari 13 Juli 2016 bertengger di harga Rp 82 per saham dan naik 407% menjadi Rp 414 per saham pada perdagangan, Senin (13/2).
Menurut beberapa analis, meningkatnya harga saham secara drastis ini disebabkan naiknya harga batubara global yang cukup signifikan. Serta proses restrukturisasi utang yang akan dilakukan. Lantas secara fundamental apakah outlook BUMI sudah kembali kuat.
Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik mengatakan setelah adanya pencapaian kesepakatan utang bumi melalui PKPU yang disetujui kreditur, utang BUMI telah berkurang menjadi US$ 1,6 miliar dari total utang sebesar US$ 4,2 juta. “Kami melihat ini dapat menjadi kunci utama kinerja BUMI ke depannya,” katanya dalam riset, Rabu (8/2).
Pengurangan utang BUMI akan melalui konversi saham dengan jalan right issue sebesar US$ 2 miliar dan obligasi wajib konversi senilai US$ 639 juta. BUMI juga sudah mendapatkan persetujuan untuk melakukan right issue V sebesar 37,8 miliar lembar saham dengan pelaksanaan di harga Rp 926,16 per lembar. Paling lambat aksi ini dilakukan pada 30 Juli mendatang.
Sehingga setelah proses debt to equity swap ini, akan terjadi dilusi signifikan sebesar 44% bersama dengan efek dilusi dari Mandatory Convertible Bond. Sebagai informasi kepemilikan saham BUMI setelah right issue menjadi 22,6% CIC, 26,1% public, 4,6 senior notes 2016, 10,6% Senior Notes 2017, 2,8% Convertible Bonds, 16,8% Long Haul Holdings, 3,5% PT Damar Reka Energi,13,1% Other Secure and Unsecure. Dari sebelum right issue 63,6% public, 30,1 Long Haul Holdings, 6,3% PT Damar Reka Energi.
Selain itu, Sharlita melihat sejalan dengan asumsi harga batubara global dikisaran US$ 70 per metric ton, rata-rata harga jual (ASP) batubara yang jauh lebih tinggi 40% mencapai US$ 59,7 per ton dibanding tahun lalu. Hal ini juga Akan menghasilkan arus kas yang kuat dan kemampuan untuk membayar utang tranche yang dimulai pada semester kedua tahun ini.
Prediksi Sharlita, tahun ini BUMI akan menorehkan pendapatan mencapai US$ 2,93 miliar, naik 44% dari estimasi tahun 2016 sebesar Rp 2,03 miliar. Sementara laba bersih perusahaan akan tumbuh menjadi US$ 275 juta dari tahun 2016 sebesar US$ 77 juta.
peningkatan tata kelola diharapkan sesuai dengan ekspektasi pasar. Karena dengan kreditur terbesar diberi hak untuk memilih salah satu Direktur atau Komisaris. Dia melihat China Investment Corporation dan China Development Bank dan berbagai kreditur lainnya memiliki kendali yang signfikan untuk restrukturisasi BUMI.