Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Yudho Winarto
Sementara Analis JP Morgan Soo Chong Lim mengatakan memprediksi asumsi harga batu bara global rata-rata tahun ini mencapai US$ 70 per metric ton meninggalkan level harga US$ 80 per metric ton. sedangkan operasional arus kas BUMI sangat sensitif dengan harga batubara.
Jika terjadi penurunan US$ 5 per metric ton di Newcastle Coal Price menjadi US$ 65 per metric ton, akan memotong EBITDA mencapai 30% atau sebesar US$ 181 juta. ”Di mana dapat mendorong pelunasan Senior Secured Facility dan menurunkan harga saham BUMI,” katanya dalam riset (6/2).
Dari sisi produksi estimasinya BUMI akan meningkatkan produksinya di tahun ini mencapai 92 juta ton atau naik 5,7% dari tahun lalu 87 juta ton. Peningkatan produksi ditopang oleh tambang Arutmin yang mulai berproduksi kembali. Sehingga secara keseluruhan BUMI dapat meningkatkan produksi mencapai 101 juta hingga 2020 dengan peningkatan capex yang stabil.
Dalam hitungannya Soo, memprediksi peningkatan pendapatan pada tahun ini menjadi US$ 2,54 miliar naik 21% dari estimasi 2016 sebesar US$ 2,09 miliar. Sementara laba bersih perusahaan juga naik 121% menjadi Rp 295 juta dari US$ 133 juta pada estimasi 2016.
Sehingga dia masih merekomendasikan overweight saham BUMI, melihat isu restrukturisasi yang hampir selesai, dan masih stabilnya outlook harga batubara dikisaran US$ 70 per metric ton. Sementara Sharlita juga masih merekomendasikan buy di target harga Rp 608 per saham ditambah adanya tata kelola yang sesuai ekspektasi pasar dengan direksi baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News