Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
Ketiga, IMF mengatakan bahwa mereka melihat potensi resesi global yang akan terjadi tahun ini yang kemungkinan akan sedalam seperti krisis keuangan satu dekade yang lalu.
Sejauh ini sudah hampir 80 negara yang meminta bantuan IMF untuk mendapatkan bantuan keuangan darurat. Kristalina Georgieva mengatakan bahwa dana tersebut sangat mendukung stimulus fiskal yang akan diambil oleh sejumlah Negara dan mendorong langkah pelonggaran yang akan dilakukan oleh bank Sentral.
Institute of International Finance juga mengatakan bahwa mereka memproyeksikan ekonomi akan terkontraksi sebanyak 1,5% terhadap ekonomi global tahun ini, dengan ekonomi akan menyusut sebanyak 3.3%.
IMF akan bekerja sama dengan lembaga keuangan international lainnya, dan siap untuk mengerahkan semua kapasitas pinjaman senilai US$ 1 triliun.
Baca Juga: IHSG ke bawah 4.000, daftar saham emiten big cap semakin berkurang
Keempat, indeks India bergoyang tatkala menghadapi virus corona. Indeks saham India pada akhirnya membukukan penurunan terburuk akibat lockdown yang telah dilakukan. Indeks Sensex S&P BSE ambyar 13% menjadi 25.981.
Hal ini merupakan penurunan yang terdalam sejak tahun 1979, sementara itu NSE Nifty 50 Index juga turun dengan nilai yang sama.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan bahwa diberlakukannya lockdown akan membuat ekonomi India mengalami perlambatan yang terendah dalam kurun waktu 11 tahun terakhir.
Regulator pasar mulai menaikkan persyaratan untuk melakukan margin dan membatasi eksposur derivative. Hal ini dilakukan untuk menjaga para pelaku pasar untuk melakukan hal yang lebih agresif kembali.
Bank Sentral India sejauh ini masih menahan diri untuk memangkas tingkat suku bunga. Alih-alih memangkas tingkat suku bunga, Pemerintah India malah mempertimbangkan untuk menawarkan persyaratan pembayaran pinjaman yang lebih mudah dan memberikan keringanan dalam pembayaran pajak untuk perusahaan-perusahaan dalam skala kecil.
Tidak hanya itu saja, Bank Sentral India juga akan menambah 1 triliun Rupee uang tunai dalam system perbankan sebagai langkah awal untuk menjaga likuiditas.
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguji Level Support 17.000
Namun apa yang dilakukan oleh India, masih membuat investor asing melakukan capital outflow dengan nilai US$ 12,5 miliar baik dalam bentuk saham maupun obligasi.