Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
Kelima, di saat dalam pusaran wabah virus corona yang menyebar ke seluruh dunia, lembaga S&P Global Ratings menyikapi dampak dari pandemi Covid-19 untuk kawasan Asia Pasifik S&P Global Ratings memproyeksikan pandemi Covid-19 akan menelan biaya total US$ 620 miliar dan kerugian pendapatan permanen untuk ekonomi Asia-Pasifik.
Dalam kajiannya mengungkapkan kerugian akan terdistribusi di seluruh sovereign, bank, perusahaan, dan neraca rumah tangga. Tingkat pertumbuhan rata-rata kawasan itu akan menjadi 2,7%.
S&P juga memperkirakan kontraksi ekonomi di Singapura, Hong Kong, Korsel ketika adanya deflasi baru di Jepang. GDP China diperkirakan akan melambat menjadi 2,9% di 2020.
Keenam, di tengah penyebaran virus corona saat ini yang kami cemaskan adalah ketertarikan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Sejauh ini pemerintah telah memotong beberapa izin yang dinilai menjadi masalah penghambat aliran modal asing untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, Presiden melalui BKPM mencoba menyederhanakan birokrasi guna menjadikan Indonesia menarik bagi investor asing.
Baca Juga: Saham Tetap Lembek Meski Banyak Janji Buyback
Hingga saat ini, BKPM telah mencatatkan ada peningkatan permohonan perizinan sebesar 17,6% sehingga per 2 Maret hingga 18 Maret 2020 tercatat permohonan perizinan yang masuk mencapai 240.178 perizinan berusaha.
Secara khusus, BKPM mencatat permohonan nomor induk berusaha (NIB) meningkat 18,99% dari 39.618 NIB pada periode sebelumnya menjadi 47.144 NIB pasca pernyataan resmi Presiden Jokowi.
"Tentunya kami berharap pada pemerintah saat ini dapat menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi, sehingga dengan adanya perizinan usaha yang masuk saat ini dapat menguatkan fundamental dalam negeri yang juga berdampak langsung pada bertambahnya lapangan pekerjaan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News