Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Rencana manuver backdoor listing melalui PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) akhirnya diumumkan. SIAP akan menerbitkan 23,4 miliar saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 200 per saham. Dengan demikian, aksi korporasi ini bernilai Rp 4,68 triliun.
HMETD ini memiliki rasio 1:39, setiap satu saham yang namanya tercatat berhak memperoleh 39 HMETD. Satu HMETD berhak untuk membeli satu saham baru SIAP. Dalam prospektus perseroan dijelaskan para pemegang saham utama SIAP tidak akan mengeksekusi haknya.
Adapun, pemegang saham utama SIAP itu adalah PT Graha Sakti Cemerlang (GSC) dan PT Graha Sakti Prima (GSP). Masing-masing menggenggam 216 juta saham atau 36% kepemilikan dan 144 juta saham atau setara dengan 24% SIAP.
Informasi saja, PT Antaboga Delta Sekuritas menjadi salah satu pemegang saham SIAP dengan porsi kepemilikan 12,83%. Namun, seperti diketahui, otoritas pasar modal telah mencabut izin dari Antaboga. Dengan demikian, Antaboga dianggap tidak akan mengeksekusi haknya.
Maka, jumlah saham yang tidak akan tereksekusi dari ketiga pemegang saham utama SIAP itu sebanyak 437 juta saham. Jumlah ini setara dengan 72,83%. Selanjutnya, sebesar 27,17% merupakan pemegang saham publik. Informasi saja, aksi korporasi ini memiliki efek dilusi hingga 97,5%.
Nah, SIAP telah memiliki pembeli siaga, yakni PT Danreksa Sekuritas. Dengan asumsi pemegang saham publik mengeksekusi haknya dan tidak menambah porsi dari sisa saham yang tidak terserap, Danareksa akan menguasai 72,34% saham SIAP.
Namun, jika pemegang saham publik tidak juga mengeksekusi haknya, maka Danareksa akan menjadi pemilik 97,5% saham SIAP
Sebelum menggelar rights issue ini, SIAP akan melakukan penambahan modal dari 1,35 miliar saham atau senilai Rp 135 miliar menjadi 75 miliar saham atau Rp 7,5 triliun. Mayoritas dana hasil rights issue akan digunakan untuk mengakuisisi saham RITS Ventures Limted milik Ridgetop Holding Ventures.
Nilai akuisisi sebesar Rp 4,67 triliun. RITS merupakan perusahaan investasi berbasis di British Virgin Island. RITS adalah satu pemilik PT Wana Bara Prima Coal, induk PT Indo Wana Bara Mining Coal. Pemilik Wana Bara Prima lainnya adalah Reinner Abdul Rachman Latief dan Rendy Diego Soedarjo.
Reinner yang merupakan mantan petinggi PT Lapindo Brantas Inc. mengempit 3,89% saham Wana Bara. Sedangkan Rendy menguasai 1,11%. Adapun sisanya dimiliki RITS melalui Golden View Offshore Inc.
Indo Wana Bara memiliki konsesi izin usaha pertambangan (IUP) batubara seluas 5.000 hektare (ha) di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Aksi korporasi ini menandakan SIAP akan mengganti lini bisnis dari produsen non woven menjadi tambang batubara.
Informasi saja, nilai rights issue SIAP ini lebih kecil dibanding rencana semula. Awalnya SIAP akan merilis 28,2 miliar saham di harga Rp 200 per saham. Adapun, potensi dana yang terkumpul mencapai Rp 5,64 triliun.
Untuk memuluskan rencana ini, SIAP akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 5 Juni 2014 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News