kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yuk melirik empat rangkuman penting hari ini!


Rabu, 23 April 2014 / 06:18 WIB
Yuk melirik empat rangkuman penting hari ini!
ILUSTRASI. Promo Traveloka 12.12 Sale, Nikmati Diskon Rental Mobil s.d Rp120.000 & Potongan 33%


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Berikut rangkuman sejumlah isu hangat yang dapat Anda simak pagi ini:

- Posisi IHSG

 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi II berakhir di zona hijau setelah sempat terseok ke zona merah. Sampai sesi II berakhir, IHSG menguat tipis 5,92 poin atau naik 0,12% menjadi 4.989,21.

Tercatat ada 115 saham naik, 158 saham turun dan 101 saham diam tak bergerak. Ada 5,22 miliar saham berpindah tangan dengan nilai Rp 5,71 triliun.

Sektor menguat ke zona hijau adalah; manufaktur yang naik 4,41%. Setelah itu sektor pertambangan naik 1,89%, produk konsumen naik 0,67%, infrastruktur naik 0,44%, perkebunan naik 0,40%, perdagangan naik 0,36% dan keuangan naik 0,04%.

Sektor yang turun ke zona merah adalah; konstruksi turun 0,46%, industry lainnya turun 0,61% dan basic industry turun 1,67%.

- Posisi Wall Street

 Bursa AS kembali ditutup positif pada transaksi tadi malam (22/4) di New York. Dengan demikian, kenaikan pada Wall Street sudah berlangsung selama enam hari berturut-turut.

Mengutip data Bloomberg, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 naik 0,4% menjadi 1.879,55. Bahkan pada transaksi sebelumnya, indeks S&P 500 sempat bertambah sebanyak 6 poin ke level tertingginya sepanjang sejarah. Sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 65,12 poin atau 0,4% menjadi 16,514,37.

Transaksi tadi malam terbilang sepi karena hanya melibatkan 5,9 miliar saham. Angka tersebut 15% di bawah volume transaksi rata-rata tiga bulanan.

- Ini 13 efek yang disuspensi BEI sepanjang 2014

Seperti halnya efek-efek yang masuk unusual market activity (UMA), saham yang masuk perangkap suspensi pun berkurang.

Hal ini terlihat dari data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mencatat ada 13 efek yang terkena suspensi hingga April 2014. Dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah ini jauh berkurang.

Sampai dengan akhir April 2013, jumlah efek yang mengalami penghentian perdagangan sementara mencapai 25 efek. Jumlah ini termasuk PT Onix Capital Tbk (OCAP) yang meminta suspensi sukarela.

Dari segi frekuensi pun, tahun lalu lebih tinggi. Ada beberapa efek yang mengalami suspensi lebih dari satu kali. Misalnya, saham PT Tanah Laut Tbk (INDX) yang mengalami dua kali suspensi.

Lalu PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) dan PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA). Berikut daftar efek yang terkena suspensi sepanjang 2014;

17 April: Penghentian perdagangan efek PT Rimo Catur Lestari Tbk (RIMO)

20 Maret: Penghentian perdagangan saham PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI)

13 Maret; Pengentian waran seri I BALI (sudah dibuka pada 14 Maret 2014)

7 Maret; Penghentian perdagangan efek PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)

3 Maret; Penghentian efek PT Mayora Indah Tbk (MYOR). *sudah dibuka pada 5 Maret 2014

28 Februari: penghentian perdagangan efek PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK). *sudah dibuka pada 3 Maret 2014

19 Februari: Penghentian perdagangan efek PT Central Omega Resources Tbk (DKFT)

17 Februari: Penghentian perdagangan efek PT Steady safe Tbk (SAFE)

17 Februari: Penghentian perdagangan efek PT Intikeramik Alamasari Industri Tbk (IKAI). *dibuka di hari yang sama

17 Februari: Penghentian perdagangan efek PT Asia Natural Resources Tbk (ASIA)

13 Februari: Penghentian perdagangan waran seri II PT Smartfren Telecom Tbk (FREN-W). *dibuka di hari yang sama

21 Januari: Penghentian perdagangan saham PT Citra Mineral Investindo Tbk (CITA)

20 Januari: Penghentian perdagangan saham PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD).

- Saham bank tertimpa sentimen negatif

 Saham bank sedang tertimpa kabar buruk. Akibatnya, harga saham beberapa emiten perbankan cenderung menurun.  Kemarin, tiga saham besar, Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan Bank Danamon Tbk (BDMN) seperti kompak berguguran.

Penyebab kejatuhan saham itu memang berbeda-beda. Harga BBCA, misalnya, anjlok 1,12%  menjadi Rp 11.050 per saham karena terseret kasus dugaan penggelapan pajak.

Tekanan terhadap harga saham bank ini bermula dari penangkapan Hadi Poernomo, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan mantan Direktur Jenderal Pajak, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (lihat halaman 21). "Saham BBCA sebenarnya belum naik terlalu tinggi tapi karena dugaan pengemplangan pajak, harga saham BBCA anjlok," kata William Suryawijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, kemarin.

Analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian, menilai, sentimen kasus pajak ini hanya berefek sementara terhadap BBCA. Dia melihat, kasus ini tidak akan berdampak  besar pada fundamental bisnis BBCA. "Laba bersih BBCA masih akan tumbuh," ujar dia.

Selain BBCA, harga saham BBTN juga sudah beberapa hari terakhir turun. Padahal, pekan lalu harga saham BBTN sempat melejit tinggi ke posisi Rp 1.405 per saham, rekor harga tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Kemarin, harga BBTN turun 0,38% menjadi Rp 1.315 per saham.

Jatuhnya harga saham bank spesialis kredit perumahan ini tak lepas dari kontroversi akuisisi Bank Mandiri Tbk (BMRI) terhadap BBTN. Niat ini memicu reaksi keras di kalangan dalam BBTN.

Di luar urusan penjualan BBTN, pelaku pasar melihat harga saham BBTN sudah overvalue. Akibatnya, pelaku pasar memilih menjual BBTN setelah menikmati kenaikan tinggi saham ini.

Aksi jual saham BBTN ini terpicu oleh kesimpangsiuran akuisisi. Syaiful menilai, rencana BMRI membeli BBTN akan sulit terealisasi tahun ini. Kenaikan harga saham BBTN sebelumnya bukan karena fundamental melainkan lebih karena terdorong spekulasi akuisisi ini. Tak heran, ketika akuisisi oleh BMRI itu membawa kontroversi, saham BBTN yang naik tinggi langsung anjlok.

Aksi jual juga melanda BDMN., bahkan tren penurunan harga saham bank ini sudah berlangsung sejak awal April ini. Kemarin, harga saham bank ini  anjlok 2,02% ke Rp 4.360 per saham. Pasar rupanya beraksi negatif terhadap memburuknya kinerja bank ini. Per kuartal I-2014, laba bersih BDMN menurun 13% menjadi Rp 874 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×