Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) sedang mengerjakan dua peraturan yaitu pendaftaran SIM dan peraturan OTT (over-the-top) alias layanan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet alias OTT (over-the-top). Untuk saat ini, BRTI masih menahan regulasi tentang harga dasar dan transfer spektrum.
Kondisi ini membuat pergerakan saham telko bergerak tak kompak. Hari ini (7/7), menjelang penutupan pasar pukul 14.37 WIB, harga saham TLKM dan ISAT masing-masing naik 1,64% dan 3,2% di harga Rp 3.100 dan Rp 2.580 per saham. Sedangkan saham EXCL turun 1,02% di Rp 2.920 per saham.
Analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam riset Senin (6/7) mengaku, tetap positif di sektor telekomunikasi lantaran peraturan ini dinilai tidak berdampak buruk. Sebab Hans mencatat, fokus utama BRTI saat ini berkisar pada pengoptimalan aturan registrasi SIM yang ada.
Sejauh ini, nomor identitas nasional (NIK) dan kartu keluarga (KK) merupakan dua dokumen yang kerap disalahgunakan oleh pengguna. Ada beberapa contoh yang memungkinkan pengguna untuk mendaftarkan lebih dari 3 kartu SIM.
Baca Juga: Cegah kejahatan, registrasi SIM card bakal pakai teknologi biometrik
BRTI berpendapat untuk membatasi kemungkinan tersebut, solusi mungkin adalah memasukkan komponen biometrik ke dalam proses otentikasi seperti pengenalan wajah. BRTI percaya implementasi biometrik dimungkinkan karena sebagian besar pelanggan telah beralih ke smartphone.
Penarikan kembali pendaftaran SIM pada 2018 menghasilkan penurunan pelanggan di industri telekomunikasi sebesar 11% secara kuartal on kuartal (qoq). PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT) masing-masing mencatat penurunan 8%, 1%, dan 22% (qoq).
"Namun, kami percaya bahwa dampak untuk saat ini akan dapat dikelola," tulis Hans dalam riset. Selain itu, bersamaan dengan pendaftaran SIM, BRTI juga bekerjasama dengan Kementerian Keuangan untuk membantu membentuk peraturan OTT.
Baca Juga: Kominfo akan memperketat pengawasan prosedur ganti SIM card
Fokus utama saat ini adalah menciptakan lapangan bisnis yang sama terhadap semua pemain. Langkah pertama adalah menciptakan lapangan bermain bisnis yang sama. Yakni dengan memberlakukan pajak yang sama antara pemain OTT sama dengan pemain lokal.
Selain itu, BRTI sedang mendiskusikan skema investasi infrastruktur dari pemain OTT asing antara memiliki dan menyewa dari entitas lokal. Indo Premier mencatat BRTI memberikan dukungannya terhadap upaya untuk berbagi jaringan.
Baca Juga: BRTI: Network sharing positif untuk efisiensi industri telko
Meskipun belum ada diskusi serius tentang hal ini, BRTI percaya berbagi jaringan antar operator harus diberlakukan. "Dengan berbagi jaringan, operator dapat memperluas jangkauan jaringan dan kapasitasnya di tengah alokasi modal yang lebih baik. Namun, ini dapat menimbulkan ancaman bagi TLKM karena memiliki kabel spektrum, BTS, dan serat optik terbanyak," jelas Hans dalam riset.
Sementara itu, dari sisi operator, ada permintaan kepada BRTI untuk mencari solusi tentang jaringan nirkabel di dalam gedung-gedung tinggi (inbuilding). Peraturan ini dimaksudkan untuk memudahkan ekspansi jaringan operator lain di gedung yang sama, dimana sudah ada operator lain di gedung itu dipandang sebagai monopoli.
Namun, peraturan ini mungkin perlu berkolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat (PUPR) terutama pada aspek right-of-way. Secara keseluruhan, Indo Premier mencatat, tidak ada regulasi baru yang mengubah sektor telekomunikasi dalam waktu dekat.
"Kami tetap positif di sektor ini, di tengah tidak adanya peraturan yang akan berdampak buruk bagi sektor ini. Peraturan yang sedang disusun adalah pendaftaran SIM dan peraturan OTT seharusnya tidak mengubah strategi perusahaan yang sudah ada," kata Hans.
Baca Juga: Kemarin Dibebani Saham TLKM, IHSG Hari Ini Dipengaruhi Data Inflasi
Karena itu, Hans masih menyarankan beli pada saham TLKM, EXCL dan ISAT masing-masing dengan target harga di Rp 3.700, Rp 2.950 dan Rp 2.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News