kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aset Kripto Masih Turun pada Kuartal II-2022, Diselimuti Kekhawatiran Ekonomi Global


Kamis, 30 Juni 2022 / 22:05 WIB
Aset Kripto Masih Turun pada Kuartal II-2022, Diselimuti Kekhawatiran Ekonomi Global
ILUSTRASI. Harga Bitcoin.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto belum membaik pada kuartal II-2022. Investor masih diselimuti kekhawatiran dengan kondisi makroekonomi global dan krisis yang terjadi di perusahaan kripto.

Berdasarkan data Coinmarketcap, Bitcoin pada kuartal I-2022 turun 1,22%. Sementara pada kuartal II-2022 turun 58,50% dan melemah sebesar 59,01% secara return year to date (YTD) dibandingkan akhir 2021 sebesar US$ 46.333,65.

Sedangkan, Ethereum pada kuartal I-2022 turun 91%. Sementara pada kuartal II-2022 turun 69,09% dan melemah sebesar 97,22% secara return year to date (YTD) dibandingkan akhir 2021 sebesar US$ 3.682,63.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, secara keseluruhan kapitalisasi market kripto turun di bawah angka US$ 1 triliun atau terpantau pada 29 Juni lalu sampai US$ 901 juta. Angka itu merupakan pencapaian terendah pertama kalinya sejak Februari 2021.

"Lima kripto big cap anjlok sepanjang kuartal II 2022 ini. Penyebabnya perang yang masih berkecamuk di Rusia-Ukraina, kenaikan suku bunga The Fed yang tertinggi sejak 40 tahun terakhir, inflasi yang melonjak di sejumlah negara dan pembicaraan tentang resesi yang akan datang," ucap Afid kepada Kontan.co.id, Kamis (30/6).

Baca Juga: Usai Kripto Dilarang di China, Kini Perdagangan Sekunder Koleksi Digital NFT Disetop

Saat ini, harga Bitcoin telah turun hampir 75% menjadi sekitar US$ 19.473 sejak November 2021, dibandingkan penurunan 80% Ethereum pada periode yang sama.

Sementara, Tether (USDT) terus berada di bawah US$ 1 sejak pertengahan Mei lalu. Stablecoin terbesar ini mengalami kehilangan patok 1:1 dengan dolar AS, paska serangan jaringan Terra.

Menurut data CoinMarketCap, USDT terakhir menyentuh level US$1 pada 10 Mei 2022. Terlebih kabar terbaru ada dugaan serangan terkoordinir untuk menjatuhkan harga USDT dengan cara memasang posisi short dalam jumlah besar agar pasar terpancing untuk melikuidasi stablecoin terbesar saat ini berdasarkan kapitalisasi pasar.

Afid mengatakan sentimen yang dapat menghambat pergerakan aset kripto adalah dari pasar kripto turun tajam setelah laporan inflasi AS yang meleset dari perkiraan dan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,75%, dan pasar saham juga ikutan turun ke bear market.

"Lesunya pasar kripto kali ini disebabkan oleh sikap pelaku pasar yang tak bergairah setelah melihat melempemnya kinerja indeks saham AS. Maklum, performa pasar ekuitas AS dan pasar kripto punya korelasi positif yang cukup kuat dalam setahun terakhir," ujar Afid.

Sementara, sentimen positif datang investor besar yang memang sudah mengantisipasi pelemahan pasar kripto, meski rentetan nilai aset kripto berbondong-bondong menuju zona merah.

Baca Juga: Aset Kripto Mana Saja yang Berpotensi Naik? Berikut Pilihan Tokocrypto

"Mereka memilih cepat-cepat melakukan buy the dip mumpung mendapatkan harga 'diskon'. Setelah market kembali bergerak naik sedikit, mereka merealisasikan cuannya mumpung kripto menghijau," ucap Afid

Menurut Afid pergerakan market aset kripto masih terlihat datar atau sideways selama beberapa pekan mendatang.

Selain itu, di waktu yang sama, investor besar atau whales juga banyak melakukan aksi taking profit, saat market bergerak naik untuk menutup kerugian yang besar.

"Saya berkeyakinan dalam beberapa waktu ke depan belum ada momentum yang baik untuk market bergerak bullish. Apalagi banyak ekonom yang meramalkan bahwa resesi ekonomi bisa terjadi dalam kurung waktu 12 bulan mendatang," ucap Afid.

Pergerakkan Bitcoin pun diramalkan belum bergerak bagus. Pasar kripto belum bisa menguat signifikan, karena tidak ada momentum yang bisa mendorong BTC meninggalkan kisaran US$ 20.000 per keping.

Sementara, ETH tidak ada pergerakan signifikan yang dapat diharapkan sampai saat ini. Level support Ethereum saat ini berada di level US$ 900 hingga US$ 700. Level resistance untuk bullish ada di US$ 1.300 hingga US$ 1.500.

Afid menjelaskan saat ini pasar tidak stabil dan sangat tidak dapat diprediksi, jadi membeli aset kripto dengan harga berapa pun berisiko, apalagi selama penurunan pasar yang mungkin tidak akan reda dalam waktu dekat.

Namun, jika investor dapat menerima risikonya, bear market sekarang bisa menjadi saat yang tepat untuk masuk ke pasar kripto, karena harga lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.

"Saya merekomendasikan untuk berinvestasi tidak lebih dari 5% dari portofolio di kripto, dan tetap berpegang pada dua aset kripto yang paling mapan: Bitcoin dan Ethereum. Dua kripto itu dianggap sebagai investasi yang lebih baik, berkat rekam jejaknya yang lebih panjang dan pertumbuhan nilai jangka panjang," ujar Afid.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Menunggu Harga Bitcoin Menguji Level US$ 1.100

Secara keseluruhan pertumbuhan, Afid mengatakan market masih menunggu kelonggaran suku bunga acuan The Fed dan inflasi yang menurun serta faktor makroekonomi lainnya.

Selain itu, peran investor institusi yang tetap percaya dan mengakumulasi kripto sebagai dana cadang bisa membuat market kripto bergerak tumbuh.

"Satu hal penting lainnya, terkait masa depan Ethereum untuk transisi jaringan dari proof-of-work ke proof-of-stake. Ethereum baru-baru ini menyelesaikan penggabungan uji pada jaringan Ropsten-nya , yang merupakan langkah penting untuk menyelesaikan peningkatan software besar -besaran akhir musim panas ini," ucap Afid

Afid menyampaikan pada kuartal III-2022 sangat penting untuk Ethereum. Harga ETH dapat membuat pergerakan besar dalam bulan Agustus dan November mendatang.

"Tetapi sampai itu terjadi, para ahli sedang menunggu untuk melihat bagaimana investor dan perusahaan yang membangun teknologi mereka di platform ethereum menanggapi perubahan tersebut," tutup Afid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×