kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45934,47   6,12   0.66%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arah IHSG menunggu putusan Mahkamah Konstitusi


Kamis, 27 Juni 2019 / 06:43 WIB
Arah IHSG menunggu putusan Mahkamah Konstitusi


Reporter: Adrianus Octaviano, Intan Nirmala Sari, Irene Sugiharti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin (26/6) ditutup melemah tipis 0,16% ke posisi 6.310,49. Namun, investor asing masih mencatatkan net buy di seluruh pasar senilai Rp 399,66 miliar.

Head of LOTS Services Lotus Andalan Krishna Dwi Setiawan melihat, IHSG ditutup melemah karena terpengaruh bursa global yang lesu. Pasar saham Amerika Serikat turun setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengindikasikan tak akan mudah melonggarkan suku bunga.

Analis Indo Premier Sekuritas Mino menambahkan, pasar saham juga terdampak pembacaan putusan sengketa pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi. Ada sikap hati-hati dari investor menjelang pengumuman hasil sengketa pilpres, ujar Mino.

Tapi, Mino memperkirakan, IHSG hari ini akan menguat. Semua pihak diprediksi menerima hasil keputusan MK. Proyeksi dia, IHSG hari ini bergerak di kisaran 6.280-6.345.

Sedangkan Krishna memperkirakan hari ini pasar saham konsolidasi cenderung melemah terimbas pergerakan bursa global. "Meski koreksi, saya melihatnya masih wajar dan sehat," kata dia. Proyeksi Krishna, IHSG hari ini bergerak dalam rentang support 6.290 dan resistance 6.340.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memperkirakan, pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini berpotensi untuk melanjutkan pelemahan dengan support 6.285 dan resistance 6.328. Penyebab utamanya karena sentimen global. "Masih terkait dengan faktor minimnya sentimen positif dari domestik, sedangkan ekonomi global slowdown," kata Nafan kepada Kontan, Rabu (26/6).

Selain itu, perkembangan negosiasi perang dagang antara China dan Amerika Sertifikat (AS) masih menjadi perhatian pasar. Ini menyusul sentimen perang dagang di negara lain, termasuk meningkatnya tensi antara AS dan Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×