Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski sudah disetujui pemegang saham, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) membatalkan rencana untuk menerbitkan obligasi berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 200 juta.
Erwin Sutanto, Wakil Direktur Utama APEX mengatakan, perusahaan kontraktor minyak itu tidak jadi mencari dana lewat obligasi lantaran mendapatkan sumber pembiayan yang lebih efisien, yakni dari Ocean Tune, perusahaan pembiayaan dari China.
Ocean Tune mengucurkan pinjaman US$ 175 juta dengan bunga LIBOR+5,75%. "Kami menilai dana dari Ocean Tune lebih murah ketimbang menerbitkan obligasi," kata Erwin dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (10/12).
Sebelumnya, APEX mengumumkan bahwa bunga obligasi global senilai US$ 200 juta direncanakan maksimum sebesar 12%. Rencana emisi obligasi ini sudah mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis (18/9).
RUPSLB itu dihadiri pemegang saham yang mewakili 2,24 miliar saham atau setara 84,2% total modal disetor dan ditempatkan APEX.
Persetujuan juga diperoleh untuk dua agenda RUPSLB lainnya, yaitu pemberian jaminan APEX dan anak usahanya untuk kepentingan emisi obligasi. Sementara agenda ketiga adalah memberikan wewenang kepada direksi APEX untuk melakukan setiap tindakan yang diperlukan terkait emisi obligasi.
Penerbitan surat utang tersebut dilakukan untuk ekspansi pembelian rig Tasha yang senilai US$ 225 juta. "Dana untuk membeli rig Tasha yang awalnya dari obligasi diganti dengan menggunakan pinjaman dari Ocean Tune" terang Erwin.
Pinjaman dari Ocean Tune merupakan sumber dana eksternal pertama yang diraih APEX setelah menggabungkan usaha (merger) dengan pemegang sahamnya, PT Apexindo Energi Investama (AEI) pada Juli lalu.
Dalam aksi ini, APEX menjadi perusahaan hasil penggabungan alias surviving entity. Tujuan dari merger ini adalah menyederhanakan struktur kepemilikan APEX sehingga menjadi lebih transparan dan efisien.
Aksi ini diharapkan bisa meningkatkan likuiditas perdagangan saham APEX lantaran saham publik akan bertambah. AEI merupakan pemilik 89,01% APEX, sedangkan kepemilikan 10,99% sisanya dikuasai publik.
Adapun, 99,99% saham AEI dikuasai PT Aserra Capital (AC). Nah, dengan adanya merger ini AC akan langsung memiliki saham APEX. Sedangkan, kepemilikan AEI di APEX akan terdilusi. Adapun, selisih saham tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham APEX secara proporsional.
Dengan demikian, pasca merger, kepemilikan saham publik akan meningkat menjadi 17,59%. Adapun, kepemilikan langsung Aserra terhadap APEX menjadi 82,41%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News