Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
William menilai emiten farmasi lebih diuntungkan dengan adanya kenaikan anggaran ini dibandingkan dengan emiten rumah sakit. Alasannya ada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memberi jaminan kesehatan bagi orang miskin. Dengan adanya jaminan tersebut akan berpengaruh pada permintaan terhadap obat-obatan.
Ia juga menambahkan bahwa emiten rumah sakit pergerakannya akan lebih stagnan. Hal ini dikarenakan keterlibatan rumah sakit lebih sedikit dibandingkan dengan farmasi. William bilang bahwa oranng ketika sakit akan mencari obat terlebih dahulu dibandingkan pergi ke rumah sakit. “Belum tentu penyakitnya membuat penderita ke rumah sakit,” kata William.
Baca Juga: Iuran BPJS naik 100%, Moeldoko: Sehat itu mahal
Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian juga turut berpendapat, prospek emiten sektor kesehatan akan membaik ke depannya. Menurutnya, emiten farmasi dan emiten rumah sakit sama-sama diuntungkan. Hanya saja, Robert mengatakan bahwa emiten farmasi bisa saja lebih diuntungkan karena direct langsung ke e-catalog.
Robert dan William sama-sama sependapat bahwa emiten farmasi bisa lebih berkembang lagi daripada emiten rumah sakit. "Ke depannya harusnya membaik sih, pasar ekspor juga masih bisa digali," ujar Robert.
Untuk emiten rumah sakit, Robert menilai ekspansi sudah tidak terlalu agresif saat ini. Ia berpendapat bahwa emiten-emiten rumah sakit ini sudah saatnya untuk fokus pada pergantian kelas dari yang tadinya rumah sakit baru bisa ke rumah sakit BPJS. "Bisa juga menjadi rumah sakit yang lebih mature sehingga menjadi sumber pendapatan yang bisa meningkatkan pendapatan," ujar Robert.
Baca Juga: Berpendapatan di atas US$ 1 miliar, 11 perusahaan Indonesia masuk daftar elit Forbes
Diantara emiten farmasi, dua analis itu menjagokan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF, anggota indeks Kompas100). Menurut Robert, KLBF merupakan satu-satunya emiten farmasi yang memiliki margin lebih baik dibandingkan emiten farmasi lainnya. William menambahkan, secara teknikal saham KLBF memang menguat dan ada sentimen positif baru mengenai adanya restitusi pajak.
Analis Astronacci Sekuritas Anthonius mengatakan, secara teknikal saham KLBF sedang bergerak bullish. Pergerakan harganya di atas area EMA21 dan stochastic tampak membentuk momentum bullish divergence. "Idealnya KLBF ada peluang tetap naik menuju ressistance berikutnya," ujarnya.
William dan Robert merekomendasikan buy saham KLBF dengan target harga masing-masing Rp 1.800 dan Rp 1790 per saham. Sedangkan Anthonius merekomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 1.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News