Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengandalkan segmen produk konsumen bermerek (CBP), terutama penjualan mi instan. Bisnis INDF terangkat peningkatan konsumsi masyarakat dan melandainya harga bahan baku.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rut Yesika meyakini pertumbuhan laba INDF akan bertahan dengan mengandalkan kinerja dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebagai segmen defensif. Meskipun INDF menghadapi ketidakpastian seperti inflasi, fluktuasi harga komoditas, dan volatilitas suku bunga.
Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan top line yang kuat didukung oleh permintaan dari produk konsumen bermerek (CBP), khususnya dari segmen mie dan distribusi. INDF membukukan penjualan sebesar Rp 30.54 triliun yang bertumbuh 11,3% YoY dan naik 1,8% QoQ pada kuartal I-2023.
“Pemulihan yang kuat dari segmen CBP didorong oleh biaya input yang di normalisasi,” tulis Rut dalam riset tanggal 19 Mei 2023.
Rut mencermati, perusahaan barang konsumen akan menikmati peningkatan margin yang didukung oleh normalisasi harga komoditas.
Baca Juga: Indofood Sukses Makmur (INDF) Raih Penjualan Rp 30,54 Triliun di Kuartal I 2023
Seiring penurunan harga komoditas seperti gandum, minyak sawit mentah, dan gula, maka diharapkan berdampak positif terhadap biaya produksi atau biaya input barang konsumsi di Indonesia.
Per April 2023, harga gandum dan minyak sawit mentah (CPO) telah menurun masing-masing sebesar 20% year to date (YtD) dan 7% YtD.
Penurunan harga komoditas di Indonesia mencerminkan peluang menjanjikan untuk sektor konsumen pada tahun 2023. Kondisi tersebut berpotensi menguntungkan perusahaan konsumer Indonesia dengan menurunkan biaya, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan daya beli, dan pasar yang lebih kompetitif.
Rut memandang bahwa biaya input INDF akan tetap stabil di 2023. Namun demikian, segmen Dairy (susu) nampaknya masih menghadapi kendala karena ketatnya persaingan setelah penyesuaian harga jual yang lebih tinggi.
Emiten konsumer didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat karena ekonomi Indonesia terus bertumbuh. Konsumsi rumah tangga tercatat lebih tinggi sebesar 4,54% YoY pada kuartal I-2023 dibandingkan 4,48% YoY di kuartal I-2022. Selain itu, kenaikan upah minimum pada tahun 2023 menjadi faktor lain untuk pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta meningkatkan optimisme konsumen.
Selain permintaan yang kuat dari CBP, pertumbuhan laba INDF juga akan terangkat oleh apresiasi rupiah yang lebih stabil. Pada kuartal I-2023, INDF membukukan laba bersih sebesar Rp 3.85 triliun yang naik 63,3% YoY dan melejit 124,7% QoQ.