Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meningkatnya konsumsi masyarakat pada masa Ramadan dan Lebaran menjadi berkah tersendiri bagi produsen minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO), tak terkecuali PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Meningkatnya konsumsi tentu akan berpengaruh pada lonjakan permintaan minyak sawit.
Analis Megacapital Sekuritas Novilya Wiyatno mengatakan, pada masa puasa dan Lebaran ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang naik. Di periode tersebut permintaan makanan dan minuman naik secara signifikan. "Industri minyak sawit yang menjadi input atas industri makanan, juga diperkirakan mengalami kenaikan permintaan," ujar Novilya dalam riset 5 Juni 2017.
Mendekati hari raya, industri pengolahan cenderung mengalami peningkatan produksi. Kenaikan produksi tersebut disinyalir merupakan dampak atas kenaikan permintaan menjelang hari raya, sehingga hal ini juga berakibat pada kenaikan harga beberapa bahan pangan, salah satunya minyak sawit.
Menurut analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, peningkatan konsumsi masyarakat bisa dilihat dengan menguatnya indeks keyakinan konsumen per Mei sebesar 125,9. "Hal ini peluang bagi SIMP untuk meningkatkan volume penjualan," ujar Nafan kepada KONTAN, Kamis (8/6).
Diversifikasi bisnis
Novilya bilang, selain fokus pada bisnis perkebunan kelapa sawit, SIMP juga melakukan diversifikasi bisnis pada perkebunan lain. Hal ini guna menghindari eksposur terhadap fluktuasi harga komoditas CPO, dan menyerap potensi pasar komoditas perkebunan lain seperti karet, tebu, kakao, dan teh. Per Desember 2016 mayoritas perkebunan SIMP ditanami kelapa sawit atau sekitar 82%, diikuti perkebunan karet 7%, tebu 4% dan perkebunan lainnya 7%.
Prospek perkebunann lainya masih cukup bagus, di mana untuk karet konsumsinya akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 3,77% per tahun, kakao konsumsinya akan meningkat 1,15% per tahun. Kemudian untuk kebutuhan gula saat ini sektor industri masih dipasok impor, ini bisa menjadi peluang SIMP untuk memasok gulanya.
Menurut Nafan, prospek tahun ini masih bagus, mengingat diversifikasi yang dilakukan SIMP merupakan strategi untuk menciptakan portofolio bisnis yang luas. Hal ini tentunya supaya kinerja perusahaan bisa meningkat. Sehingga tantangan ke depan, seperti perubahan iklim dunia bisa diatasi dengan baik.
Kinerja SIMP pada kuartal I-2017 cukup bagus, di mana penjualan tercatat tumbuh 40%year on year menjadi Rp 4,4 triliun. Sementara, laba bersih naik 402% menjadi Rp 340 miliar.
Menurut analis JP Morgan Indra Cahya, pertumbuhan pendapatan terutama disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata dan volume penjualan produk sawit. Kemudian terkait melambungnya keuntungan selain karena penjualan lebih besar juga didorong oleh tingkat pajak yang lebih rendah. "Ini juga akibat pulihnya pertumbuhan tanaman pascacuaca buruk El Nino," ujanya.
Pada kuartal II-2017 diperkirakan penjualan SIMP bakal lebih bagus lagi, sebab untuk divisi gula akan berkontribusi di periode ini seiring dengan adanya panen musiman. Untuk itu Novilya menargetkan penjualan SIMP tahun ini bakal tumbuh 20,2% menjadi Rp 17,47 triliun dibanding tahun lalu Rp 14,53 triliun. Kemudian untuk laba bersih ditargetkan tumbuh 186,6% menjadi Rp 1.54 triliun dibanding tahun lalu Rp 538 miliar.
Namun dia memperingatkan porsi utang SIMP saat ini mencapai 28% atas aset yang dimiliki.
Novilya merekomendasikan hold SIMP dengan target harga Rp 620. Sedangkan Nafan merekomendasikan accumulate dengan target harga Rp 665 dan Indra memasang rekomendasi underweight dengan target harga Rp 500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News