Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
Walau masih prospektif, faktor eksternal kini mulai mempengaruhi bisnis farmasi. Mulai dari pelemahan rupiah, terganggunya rantai pasokan secara global, sampai kepada meningkatnya biaya pengiriman.
“Kami melihat risiko ini yang perlu diantisipasi bagi sektor farmasi pada tahun 2022 ini. Dan jika berbicara investasi, secara bisnis sektoral, saham PEHA harusnya masih prospektif,” imbuh William.
Sekadar informasi, kendati penjualannya terkerek di kuartal I 2022 ini, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PEHA terlihat lesu. Tercatat, laba bersihnya menurun 21,73% yoy menjadi Rp 5,59 miliar dari Rp 7,15 miliar di kuartal I 2021.
Hal ini tidak terlepas dari beban-beban yang meningkat. Misalnya, beban pokok penjualan PEHA naik menjadi Rp 133,81 miliar dari Rp 106,11 miliar. Beban usaha juga meningkat jadi Rp 117,15 miliar dari Rp 84,55 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News