Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi plat merah PT Phapros Tbk membukukan pertumbuhan penjualan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Emiten berkode saham PEHA itu mengantongi kenaikan penjualan hingga 19,51% secara year on year (yoy) menjadi Rp 269,25 miliar dari Rp 225,29 miliar.
Manajemen PEHA mencermati, pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak dua tahun lalu menyadarkan masyarakat global pentingnya obat-obatan dan perangkat medis sebagai kebutuhan yang mendesak. Sejumlah negara pun telah berinvestasi lebih besar pada program penelitian kesehatan dan pengadaan vitamin serta suplemen untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Di Indonesia, pemerintah telah memasukkan sektor ini sebagai bagian dari sektor prioritas dalam upaya merealisasikan Making Indonesia 4.0 dengan mendorong transformasi digital berbasis teknologi.
Technical Analyst BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani mencermati, setidaknya ada dua kelebihan farmasi dibandingkan sektor lain terutama dalam hal nilai sahamnya. Pertama, kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi vitamin dan suplemen serta produk kebersihan seperti masker, hand sanitizer, dan disinfektan dalam gaya hidup mereka berpotensi meningkatkan penjualan produk-produk tersebut.
Baca Juga: Ada ASII hingga INDF, Ini Saham-Saham Pilihan Mirae Asset Sekuritas Bulan Ini
Kedua, asing bisa masuk dan berinvestasi hingga ke level 100%. Apalagi farmasi juga termasuk industri padat karya yang didukung beberapa kebijakan pemerintah.
Kendati tren pendapatan beberapa emiten kesehatan yang sudah merilis kinerja kuartal I 2022 tampak menurun pasca Covid-19 membaik, serta pendapatan rumah sakit rata-rata tertekan lebih dari 10%, akan tetapi saham farmasi masih tetap menarik untuk dikoleksi. Salah satunya saham PEHA yang membukukan pertumbuhan penjualan hingga 19% yoy.
" PEHA masih menarik karena revenue-nya masih tumbuh 19% dengan pendapatan dari pihak berelasi juga tumbuh 28%, sebagian dari penjualan obat, suplemen dan produk kesehatan,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (17/5).
Senada, Senior Equity Research Analyst Emtrade William Siregar mengungkapkan, tren saham-saham di industri farmasi tahun 2022 masih prospektif meskipun tidak seagresif pada dua tahun terakhir saat penyebaran Covid-19 belum terkendali.
Baca Juga: Analis Tetap Rekomendasi Buy Saham TLKM Walaupun Boncos karena GOTO, Ini Alasannya
Untuk tahun ini, permintaan kebutuhan obat imunitas masih cukup tinggi terutama segmen multivitamin dan menjadi fokus emiten sektor tersebut dalam pengembangan produk.
“Kebutuhan akan imunitas dan meningkatnya kepedulian akan kesehatan akan selalu bertumbuh ke depan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup masyarakat," ujarnya dalam rilis yang diterima Kontan.co.id.
Walau masih prospektif, faktor eksternal kini mulai mempengaruhi bisnis farmasi. Mulai dari pelemahan rupiah, terganggunya rantai pasokan secara global, sampai kepada meningkatnya biaya pengiriman.
“Kami melihat risiko ini yang perlu diantisipasi bagi sektor farmasi pada tahun 2022 ini. Dan jika berbicara investasi, secara bisnis sektoral, saham PEHA harusnya masih prospektif,” imbuh William.
Sekadar informasi, kendati penjualannya terkerek di kuartal I 2022 ini, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PEHA terlihat lesu. Tercatat, laba bersihnya menurun 21,73% yoy menjadi Rp 5,59 miliar dari Rp 7,15 miliar di kuartal I 2021.
Hal ini tidak terlepas dari beban-beban yang meningkat. Misalnya, beban pokok penjualan PEHA naik menjadi Rp 133,81 miliar dari Rp 106,11 miliar. Beban usaha juga meningkat jadi Rp 117,15 miliar dari Rp 84,55 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News