kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis rekomendasikan beli Bitcoin saat harga di bawah US$ 35.000


Jumat, 15 Januari 2021 / 18:26 WIB
Analis rekomendasikan beli Bitcoin saat harga di bawah US$ 35.000
ILUSTRASI. Harga Bitcoin diprediksi akan terus menguat sepanjang tahun ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sepekan terakhir, harga Bitcoin memperlihatkan tren pelemahan. Mengutip Coinmarketcap.com, Jumat (15/1) pukul 17.45 WIB, harga Bitcoin berada di level US$ 38.403 per BTC, turun 0,93% dibanding perdagangan hari sebelumnya yang berada di US$ 38.765 per BTC. 

Dalam sepekan, Bitcoin pun sudah melemah 3,45% setelah di akhir pekan lalu berada di level US$ 39.846 per BTC.

Mengutip Bloomberg, harga Bitcoin sempat menyentuh rekor tertinggi saat berada di level US$ 40.858 per BTC pada 9 Januari silam.

Presiden Komisioner HFX International Sutopo Widodo mengatakan, koreksi harga Bitcoin lebih dikarenakan adanya aksi ambil untung dalam jangka pendek yang dilakukan para investor. Ia menambahkan, aset kripto sebenarnya sedang dinaungi sentimen negatif, namun hal tersebut ternyata tak membuat Bitcoin ambruk.

Baca Juga: Koreksi harga bitcoin disebut sebagai tren yang wajar

“Kenaikan harga Bitcoin seolah mengabaikan komentar dari Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde yang mengatakan bahwa Bitcoin perlu diatur pada tingkat global dan menyebut mata uang digital sebagai aset yang sangat spekulatif yang telah melakukan beberapa bisnis lucu," kata dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (15/1).

Sutopo juga meyakinkan, bahwa aset kripto setiap tahunnya sangat mungkin mengalami kenaikan lebih dari 36%. Sehingga ketika terjadi koreksi dan volatilitas sebenarnya merupakan hal yang wajar.

Sepanjang tahun  ini saja, harga Bitcoin sudah menanjak 32,44%. Mengingat di akhri tahun 2020 silam, harga Bitcoin masih bertengger di level US$ 28.996 per BTC.

Ke depan, Sutopo optimistis tren positif masih akan menyelimuti pergerakan harga Bitcoin. Sentimen positif pertama datang dari aksi halving day

Ia bilang, nantinya hanya akan ada 21 juta Bitcoin di dunia. Padahal saat ini, jumlah Bitcoin yang beredar sudah mencapai 18,6 juta. Dus, dengan peluang jumlah Bitcoin akan semakin terbatas, maka harganya akan semakin naik.

Kedua, semakin banyak negara yang akan melegalkan Bitcoin. Namun, Sutopo mengingatkan, Bitcoin yang semula dibuat agar tidak terpengaruh sisi fundamental dunia, politik dan ekonomi, nyatanya kini ikut terpengaruh. Sehingga, kondisi politik maupun ekonomi dunia ke depan bisa ikut mempengaruhi harga Bitcoin.

“Sementara untuk pergerakan aset kripto yang lain juga mayoritas memiliki sentimen yang sama dengan Bitcoin dan mengekor tren Bitcoin. Kecuali aset kripto yang memiliki underlying asset seperti emas tentu akan mengikuti harga gold. Lalu stable coin yang memiliki underlying asset mata uang, tentu nilainya sama dengan nilai currency,” ungkap dia. 

CEO Indodax Oscar Darmawan menambahkan, tren kenaikan Bitcoin punya kaitan erat dengan harga alternative coin (altcoin). Hal ini dikarenakan terdapat beberapa altcoin yang memang merupakan turunan Bitcoin dan fork dari Bitcoin. Ia bilang, kenaikan bisa berbeda-beda dan tidak sama persis layaknya Bitcoin.

Oscar contohkan, Ethereum, yang secara tahunan sudah mengalami kenaikan 10 kali lipat dalam setahun terakhir. Tahun lalu, Ethereum masih berada di level Rp 1,7 juta, namun pada tahun ini sudah sempat menyentuh level Rp 17 juta.

“Salah satu faktor kenaikan harga yang paling berpengaruh terhadap Altcoin adalah supply dan demand. Masing-masing Altcoin memiliki fungsi sebagai alat pembayaran di luar negeri dan fungsi utilitas tersebut berbeda-beda. Semakin baik utilitasnya, maka semakin meningkat pula permintaannya,” kata dia.

Oscar menjelaskan, permintaan juga bisa naik ketika investor menganggap bahwa harga Bitcoin sudah terlalu tinggi. Pada akhirnya mereka akan shifting ke aset kripto lain, salah satunya adalah Altcoin. 

Faktor lain yang punya pengaruh terhadap prospek mata uang kripto adalah inovasi dan cara masing-masing mata uang kripto dalam menguasai pasar aset kripto di seluruh dunia.

Baca Juga: Harga Bitcoin dinilai terlalu mahal, Altcoin bisa jadi pilihan alternatif investasi

Ia mengambil contoh Ethereum yang saat ini sedang berinovasi jadi Ethereum 2.0 dan nantinya akan menyediakan jaringan untuk melahirkan aset kripto lain. Sejauh ini, Ethereum sedang berbenah mengatasi kendala seperti mahalnya biaya transfer atau gas fee dan kendala bug.

“Inovasi seperti ini tentunya menarik orang-orang untuk memiliki Ethereum. Saya kira ini juga merupakan momentum dan kemungkinan besar meningkatkan harga Ethereum nanti ke depan,” imbuh dia.

Bagi investor yang tertarik melirik Bitcoin sebagai portofolio investasi alternatif, Sutopo merekomendasikan untuk melakukan aksi jual ketika harga sudah di atas US$ 40.000 per BTC. 

Lalu, bagi yang ingin membeli, bisa dilakukan ketika harga terkoreksi di bawah US$ 35.000 per BTC.

Sutopo memproyeksikan harga Bitcoin pada tahun ini akan bergerak pada kisaran US$ 30.000 - US$ 50.000 per BTC. Sementara pada akhir tahun nanti, harganya akan menuju US$ 40.000 - US$ 45.000 per BTC.

Selanjutnya: Kementerian ESDM targetkan tambahan 4 smelter di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×