Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) menjelaskan Covid-19 membuat manajemen mengatur fungsi operasional sesuai dengan kebutuhan pasar serta proyek infrastruktur dan juga ketersediaan stok produk pabrik.
Meski begitu, SMCB mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan 4,89% secara tahunan (yoy) di kuartal I-2020 menjadi Rp 2,46 triliun. Serta berhasil mencetak laba bersih Rp 68,43 miliar.
Baca Juga: Volume penjualan Semen Indonesia (SMGR) naik meski ada ancaman oversupply
Sementara itu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menjelaskan sepanjang Januari-April 2020 mencatatkan penurunan volume penjualan 8% yoy menjadi 5 juta ton. Hal ini disebabkan adanya bencana banjir yang dilanjutkan dengan merebaknya Covid-19.
Namun, Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos, mengatakan, memasuki fase semester II-2020 pasca Lebaran dan juga pasca PSBB, pasar sudah kembali mulai menggeliat.
"Sektor riil dan konstruksi sudah kembali beroperasi. Kami optimistis semester dua ini akan jauh lebih baik dari semester satu," jelasnya kepada Kontan, Minggu (14/6).
Baca Juga: Dana asing masuk Rp 3,39 triliiun, saham perbankan paling banyak diburu
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji memproyeksikan bahwa pertumbuhan konsumsi semen secara nasional diperkirakan turun sebesar 5% yoy.
"Yang disebabkan oleh lebih rendahnya pengerjaan konstruksi akibat pandemi Covid-19, pasar properti yang belum pulih, beserta faktor cuaca seperti heavy rainfall," jelasnya.
Berdasarkan Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi semen nasional pada kuartal I-2020 tercatat sebesar 14,90 juta ton atau mengalami penurunan 4,91% yoy.
Baca Juga: IDX BUMN20 terkoreksi, empat saham pelat merah ini masih menguat
Namun demikian, Nafan tetap merekomendasikan maintain buy saham SMGR dan INTP. Target harga terdekat untuk SMGR adalah Rp 10.575, adapun harga saat ini Rp 9.400.
Sedangkan target harga INTP Rp 12.925, dan untuk jangka panjang Rp 17.300. Adapun harga INTP saat ini Rp 12.200.
Sedangkan untuk SMCB, dia melihat secara teknikal pergerakan sahamnya masih belum terlalu likuid. Bila dilihat dari kinerja keuangan sebenarnya ada tren pendapatan yang bagus dari 2017, namun SMCB baru mencetak laba di 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News