Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 sudah berlaku sejak awal tahun. PSAK 71 sendiri adalah panduan mengenai pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan yang mengacu pada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9.
PSAK 71 memilki konsep expected loss, artinya bank mesti menambah pencadangan dan tentunya akan berdampak ke sektor perbankan termasuk ke Bank Mandiri Tbk (BMRI). Namun, analis CGS CIMB Sekuritas Laurensius Teiseran melihat penerapan PSAK 71 tidak memberi dampak yang signifikan ke Bank Mandiri.
“Bank Mandiri di tahun-tahun sebelumnya, tanpa adanya aturan tersebut (PSAK 71), pencadangan dananya sudah konservatif. Jadi penerapan PSAK 71 memang membuat pencadangan Bank Mandiri jadi lebih ketat, tapi dampaknya tidak terlalu signifikan,” ujar Laurensius kepada Kontan.co.id, Rabu (11/3).
Baca Juga: Tertekan penurunan bunga dan wabah corona, ini rekomendasi saham Bank Mandiri (BMRI)
PSAK 71 dinilai lebih berdampak kepada bank-bank yang lebih kecil. Sementara untuk Bank Mandiri dan bank besar lainnya, Laurensius menyebut dampaknya lebih terlihat pada biaya provisi Bank Mandiri.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma dalam risetnya pada 3 Februari 2020 menuliskan, penerapan PSAK 71 membuat Bank Mandiri menambah provisi antara Rp 21 triliun - Rp 25 triliun dan akan dibebankan langsung ke laba ditahan.
Selain itu, Suria juga menilai implementasi tersebut juga akan membuat CAR Bank Mandiri turun jadi 18,9% - 19,2%. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan CAR Bank Mandiri pada Desember 2019 yang berada di 21,4,%.
“Efek positifnya, ratio NPL coverage akan berada di level antara 255% - 275% dan ratio Loan at Risk (LaR) coverage diperkirakan akan berada di level antara 63% - 67%,” tulis Suria dalam risetnya.
Baca Juga: Saham BMRI net sell asing, padahal PER dan PBV semakin kecil
Sementara, analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun menyebut, imbas penerapan PSAK 71 terhadap Bank Mandiri jauh lebih baik dari proyeksinya. Tapi jika dilihat dari Januari saja, implementasi tersebut telah menurunkan laba ditahan Bank Mandiri sebesar Rp 18,2 triliun.
“Ke depannya, dengan metodologi yang berbeda bisa jadi akan menghasilkan biaya kredit yang lebih besar. Tapi, Bank Mandiri punya manajemen risiko yang baik, sehingga kami melihat biaya kreditnya cenderung flat,” terang Lee.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News