Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Keluarnya dana asing dari pasar modal Indonesia menekan nilai tukar Rupiah. Senin (10/1) nilai tukar pasangan USD/IDR di pasar spot berada diposisi 9073, turun 0,55% dibanding sehari sebelumnya yang senilai 9023.
Pelemahan nilai tukar tersebut telah berlangsung selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seperti dikutip Bloomberg, Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menaikan suku bunga secara akumulasi hingga 100 basis poin dalam tahun ini.
Kenaikan tersebut akan dimulai pada bulan Februari. Tujuannya untuk mengendalikan terjadinya inflasi. Kekhawatiran meningkatnya inflasi di Indonesia menyebabkan investor memililih untuk keluar dari pasar modal.
Pelaku pasar khawatir akan terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi, ketika terjadi kenaikan suku bunga. Nizar Hilmy analis Harumdana Berjangka bilang, banyak dana asing keluar dari pasar modal Indonesia karena kekuatiran tersebut. “Kenaikan suku bunga adalah momok bagi pasar modal,” katanya.
Keluarnya dana asing tersebut, menyebabkan rupiah banyak terjual dan ditukar dengan dollar Amerika, akibatnya nilai tukar Rupiah tertekan.
Rachmat Wibisono, Dealer valuta asing (valas) BRI bilang aksi beli dollar dan jual rupiah di pasar modal mengakibatkan rupiah tertekan. “Terkoreksinya IHSG yang cukup dalam menunjukan terjadi capital outflow dalam jumlah besar,” kata dia.
Minggu ini Nizar memprediksi rupiah masih cenderung mengalami pelemahan yakni berada pada kisaran Rp9010-Rp9080 per dollar AS. Sedang Rachmat menilai Rupiah memiliki kecenderungan melemah dan akan berada dikisaran Rp 8900-Rp 9100 per dollar AS.
Namun keduannya sepakat pelemahan hanya akan berlangsung sementara. Sebab menurutnya Nizar dan Rachmat pasar modal Indonesia masih cukup atraktif dan akan kembali mengalami penguatan dan rupiah akan kembali menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News