Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan tertekan pada perdagangan besok. Pasalnya, indikator indeks masih menunjukkan adanya sinyal negatif.
Lanjar Nafi, analis Reliance Sekuritas mengatakan pada perdagangan hari ini secara teknikal IHSG kembali tutup di bawah MA25 dengan tekanan jual cukup tinggi. Indikator stochastic yang sebelumnya crossing pada area dekat oversold bergerak terkonsolidasi dengan momentum RSI yang kembali terlihat pulled back pada MA15 dari momentumnya.
Indikator bollinger bands memperkecil ruang gerak dengan indikasi pergerakan cenderung mixed sebelum IHSG mampu break out upper atau lower dari bandsnya. "Oleh karena itu, IHSG diperkirakan masih akan bergerak tertekan menguji support bullish trend sekaligus MA50 dengan range pergerakan 4.790-4.890." kata Lanjar dalam riset yang dterima KONTAN, Kamis (14/4).
Saham-saham yang perlu dicermati menurut Lanjar di antaranya AALI, MAPI, SMRA, ACES, AKRA, APLN, BMRI, CTRS, dan EXCL.
IHSG terkoreksi dan tertekan selama perdagangan diwarnai aksi profit taking sebesar 0,79% di level 4.814,85 dengan volume moderat. Nilai tukar rupiah dibuka terperosok 0.6% pada awal perdagangan setelah harga minyak dunia kembali melemah. Hal tersebut tentu membuat investor asing ikut melakukan net sell sebesar Rp 199.2 miliar.
Sementara mayoritas Bursa di Asia ditutup melanjutkan penguatan hari ini. Pelemahan nilai tukar Yen membuat bursa saham Jepang memimpin penguatan. Data penjualan kendaraan yang meningkat pada Maret membuat emiten saham eksportir di Jepang ditutup optimis.
Aktivitas ekspor dan impor di China yang cukup baik masih memberikan sentimen positif pada perdagangan hari ini menjelang pengumuman GDP yang akan dirilis besok.
Adapun Bursa Eropa dibuka sedikit berubah mencoba menguat. Obligasi pemerintah jatuh pasca ECB menerapkan program pembelian bulanan diperluas dalam upaya untuk mendorong inflasi. Data inflasi inti di Eropa pun dirilis cukup baik bertumbuh 1.5% dari 0.4% MoM dan Inflasi tahunan menjadi 0.0% dari -0.1%.
Menurut Lanjar, sentimen selanjutnya akan banyak berdatangan dari China di mana akan dirilis data penjualan ritel dengan ekspektasi naik 10.40%, dan industrial productions dengan ekspetasi naik menjadi 5,9%.
Namun yang paling menjadi fokus investor adalah pertumbuhan GDP kuartal 1 di China yang menurut konsensus turun di level 6,7%. Jika GDP rilis turun sesuai konsensus yg ada bisa menjadi tekanan jual di bursa Asia pada perdagangan akhir pekan nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News