kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Hindari saham-saham ekuitas negatif karena secara teknis sudah bangkrut


Selasa, 24 Desember 2019 / 05:16 WIB
Analis: Hindari saham-saham ekuitas negatif karena secara teknis sudah bangkrut
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan notasi khusus kepada 27 emiten yang memiliki ekuitas negatif. Emiten tersebut antara lain PT Modern Internasional Tbk (MDRN), PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Global Teleshop Tbk (GLOB). 

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menjelaskan emiten-emiten tersebut terus merugi sehingga ekuitas menjadi negatif. Dia juga tak merekomendasikan saham-saham yang memiliki ekuitas negatif. 

Baca Juga: Laba bersih Chandra Asri (TPIA) merosot 81% hingga kuartal ketiga, ini sebabnya

"Kerugian itu kan mengurangi ekuitas. Jika itu terjadi secara terus-menerus, ekuitas bisa habis, kalau punya aset, asetnya berkurang, sehingga ada defisiensi modal. Secara teknis perusahaan sudah bangkrut," jelas Teguh kepada Kontan, Senin (23/12). 

Dus, ekuitas menjadi negatif bukan karena siklus bisnis saja, melainkan manajemen perusahaan yang tidak baik. 

Ambil contoh, PT Modern Internasional Tbk (MDRN) yang dulu memegang bisnis 7-Eleven. Tahun 2017, MDRN membukukan rugi bersih Rp 1,05 triliun. Kemudian tahun lalu perusahaan merugi Rp 38,26 miliar. Hingga pada kuartal III-2019 perusahaan masih mencatatkan rugi Rp 26,48 miliar. Padahal pada kuartal III-2019 pendapatan MDRN naik 52% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 95,9 miliar. 

Baca Juga: Ini Dua Saham Jagoan di Sektor Barang Konsumen yang Dijagokan Analis premium

Manajemen menjelaskan kerugian tersebut lantaran beban keuangan dari utang bank dan lembaga keuangan lainnya di bisnis 7-Eleven. Meski, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Modern Sevel Indonesia, yang mengelola 7-Eleven, sudah selesai.

"Misal MDRN, manajemen tidak bisa menemukan bisnis baru untuk menggantikan 7-Eleven," jelas Teguh. 

Untuk memperbaiki kinerja keuangan, manajemen MDRN mengatakan bakal fokus menggarap bisnis penyedia solusi manajemen dokumen berbasis teknologi informasi, keamanan dan jaringan.

Selain MDRN, Teguh juga mengomentari soal TAXI. Perusahaan ini tengah santer dikabarkan akan diakuisisi oleh Gojek. Teguh bilang, apabila nanti benar diakuisisi, saham TAXI tetap tidak direkomendasikan. 

Baca Juga: Simak rekomendasi saham TPIA, PWON dan BBTN untuk perdagangan Kamis (26/12)

Asal tahu saja, pada 2017 TAXI sudah mencatatkan rugi Rp 491,39 miliar. Kemudian meningkat di tahun 2018 yang mengalami rugi Rp 836,37 miliar. Hingga kuartal III-2019, perusahaan juga masih mencatatkan rugi bersih Rp 451,42 miliar. 

"Mulai tahun 2014, saya sudah tidak merekomendasikan TAXI, itu sudah sunset industri," jelas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×