Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas milik PT Aneka Tambang (Antam) terus bergerak turun dalam beberapa waktu terakhir. Sebagai catatan, akhir pekan lalu harga emas sempat turun sebanyak Rp 8.000 per gram ke level Rp 758.000 per gram.
Mengutip laman Logam Mulia pada Senin (14/10) harga emas Antam tercatat masih turun Rp 2.000 ke level Rp 754.000 per gram. Kondisi tersebut diikuti penurunan harga buyback sebesar Rp 2.000 menjadi Rp 675.000 per gram.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menjelaskan, penurunan yang terjadi pada harga emas Antam mengikuti pergerakan harga emas global yang tengah merosot. Pemicu penurunan berasal dari meningkatnya aksi risk apetite investor, yang cenderung memburu aset-aset berisiko seperti saham.
"Ini tercermin dari bursa saham global yang juga naik. Apalagi pekan lalu ada dua agenda yang mendorong risk apetite investor, yakni negosiasi perdagangan AS dan China, serta perkembangan Brexit," kata Alwi kepada Kontan.co.id, Senin (14/10).
Negosiasi antara AS dengan China pekan lalu dinilai mulus, di mana Presiden AS Donald Trump bersedia untuk menunda pengenaan tarif impor terhadap barang-barang China senilai US$ 500 miliar.
Baca Juga: Harga emas turun, kapan waktu yang tepat untuk beli?
Di sisi lain, China juga sepakat untuk membeli produk pertanian AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar, dan kondisi tersebut berhasil memberi sentimen positif di pasar.
Sentimen lainnya yang membuat harga emas kian tertekan termasuk emas Antam terkait pertemuan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar untuk membahas rencana Brexit. Lewat pertemuan tersebut, sinyal Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan atau deal Brexit kian menguat dan memberi sentimen positif di pasar.
"Jadi bukan hanya aset safe haven yang melemah, melainkan dua sentimen pekan lalu sukses mengangkat aset berisiko. Kekhawatiran perang dagang dan no deal Brexit yang mereda membuat harga emas koreksi, termasuk emas Antam," ujarnya.
Meskipun begitu, Alwi optimistis prospek emas Antam hingga akhir tahun masih menarik. Lantaran potensi ketidakpastian masih tetap ada di pasar. Termasuk belum adanya hitam di atas putih, terkait hasil negosiasi AS dan China pekan lalu, begitu juga dengan Brexit.
Ditambah lagi, tenggat pengumuman Brexit baru akan disampaikan 31 Oktober, sehingga risiko ketidakpastian masih tetap ada.
Di sisi lain, masih ada Federal Open Market Committe (FOMC) yang dilakukan Bank Sentral AS atau The Fed untuk menentukan arah kebijakan moneternya, khususnya terkait suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR). Beberapa sentimen tersebut, disinyalir mampu menjadi penopang kenaikan harga emas di sisa akhir 2019.
"Penurunan yang terjadi beberapa hari terakhir ini justru jadi kesempatan untuk mulai buy on weakness, dengan target harga akhir tahun Rp 775.000 per gram," proyeksinya.
Baca Juga: Harga emas cenderung flat menghadapi potensi kenaikan suku bunga AS
Adapun untuk level support di sisa akhir 2019 berada di level Rp 745.000 per gram. Alwi tidak menampik bahwa harga emas Antam masih memiliki peluang tembus Rp 800.000 per gram, jika proses Brexit mengalami kebuntuan dan Donald Trump kecewa terhadap negosiasi perang dagang.
"Kalau dua isu itu kembali mencuat, tidak menutup kemungkinan level Rp 800.000 per gram terkejar tahun ini," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News