Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses PT Barito Renewables Energy Tbk mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjalan mulus.
Saham perdana perusahaan berkode BREN ini akan mulai diperdagangkan pada 6 Oktober 2023.
BREN sudah menuntaskan masa penawaran awal pada Senin (25/9).
Sejauh ini, BREN belum mengumumkan harga penawaran umum saham perdana atau IPO yang akan ditawarkan ke publik.
Sebagai gambaran, BREN melepas sebanyak-banyaknya 4,5 miliar saham, setara 3,35% dari modal disetor dan ditempatkan setelah IPO.
Baca Juga: Meneropong Prospek Kinerja Emiten Grup Barito, dari BRPT, TPIA, hingga BREN
BREN memasang kisaran harga penawaran awal atau bookbuilding di kisaran Rp 670 sampai Rp 780 per saham.
Dari aksi korporasi ini, BREN berpotensi meraup dana segar Rp 3,7 triliun, yang seluruhnya akan didistribusikan ke anak-anak perusahaan.
Dana tersebut juga akan digunakan untuk membayar utang.
Samuel Sekuritas Indonesia menilai, valuasi BREN saat ini di rentang 16 kali-18 kali enterprise value (EV) to EBITDA.
Baca Juga: Pertamina, Barito, Sinar Mas, hingga Astra Garap Industri Panas Bumi
Valuasi ini dinilai cukup masuk akal, mengingat posisi BREN sebagai salah satu operator panas bumi (geothermal) terbesar di dunia.
Sebagai pemilik mayoritas BREN, Barito Pacific Tbk (BRPT) paling diuntungkan oleh BREN dan melengkapi aset Grup Barito di bursa.
Perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu itu memiliki 66,67% saham BREN sebelum IPO, dan menjadi 64,43% usai IPO.
"BREN diproyeksikan menghasilkan pendapatan US$ 643 juta di tahun 2024 yang berkontribusi 22,5% terhadap pendapatan BRPT," tulis riset Samuel Sekuritas.
Sekuritas ini merekomendasikan buy BRPT dengan target harga Rp 1.590 per saham.
Baca Juga: Barito Renewables (BREN) Pasang Harga IPO Rp 670-Rp 780, Bagaimana Valuasi Sahamnya?
Selain BREN, prospek positif Grup Barito juga datang dari anak usahany di bisnis petrokimia, yakni Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
"TPIA memiliki banyak ruang tumbuh karena tingkat konsumsi polyethylene dan polypropylene per kapita Indonesia yang masih rendah," kata Robertus Yanuar Hardy, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, secara teknikal, dalam jangka panjang saham emiten Grup Barito, termasuk PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) masih dalam fase uptrend. Tapi jangka pendek mereka akan terkoreksi lebih dulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News