kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Meneropong Prospek Kinerja Emiten Grup Barito, dari BRPT, TPIA, hingga BREN


Selasa, 26 September 2023 / 17:33 WIB
Meneropong Prospek Kinerja Emiten Grup Barito, dari BRPT, TPIA, hingga BREN
ILUSTRASI. Fasilitas produksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)?di Cilegon, Banten. (KONTAN/Muradi)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan satu perusahaan Grup Barito yang menyandang status perusahaan terbuka (emiten). Adalah PT Barito Renewables Energy yang berencana melakukan initial public offering (IPO). Hadirnya Barito Renewables Energy di lantai bursa bisa menjadi angin segar bagi konglomerasi Barito Group.

Perusahaan yang nantinya menggunakan kode saham BREN ini melepas sebanyak-banyaknya Rp 4,5 miliar saham atau setara 3,35% dari modal disetor dan ditempatkan setelah IPO.

BREN memasang kisaran harga penawaran awal atau bookbuilding di rentang Rp 670 sampai Rp 780 per saham. Masa penawaran awal sudah berakhir kemarin (25/9). Namun BREN belum mengumumkan harga penawaran IPO.

Dari aksi korporasi ini, BREN berpotensi meraup dana segar mencapai Rp 3,7 triliun, yang seluruhnya akan didistribusikan ke anak-anak perusahaannya. Dana tersebut akan digunakan oleh anak-anak Perusahaan BREN untuk membayar utang.

Baca Juga: Pendapatan Mitratel (MTEL) Diproyeksi Tumbuh 13%, Simak Rekomendasi Sahamnya

Dalam riset yang dipublikasikan Selasa (19/9), Tim Riset Samuel Sekuritas Indonesia menilai, valuasi BREN saat ini berada di rentang 16 kali  sampai 18 kali  EV/EBITDA. Valuasi ini dinilai cukup masuk akal, mengingat posisi BREN sebagai salah satu operator panas bumi (geothermal) terbesar di dunia.

Dengan asumsi EBITDA 2024 sebesar US$ 510 juta (berdasarkan kapasitas terpasang saat ini), Samuel Sekuritas memperkirakan nilai perusahaan BREN akan mencapai sekitar US$ 8,7 miliar, dengan nilai kapitalisasi pasar sekitar US$ 6,0 miliar. Hal ini tentunya akan menguntungkan BRPT sebagai pemegang saham mayoritas BREN.

Adapun Barito Renewables Energy merupakan anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yang merupakan emiten terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu.

BRPT tercatat mengempit 86,51 miliar saham BREN atau setara 66,67%. Setelah IPO, persentase kepemilikan BRPT di BREN akan menurun menjadi 64,43% dengan jumlah kepemilikan saham tetap 86,51 miliar

Dengan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar US$ 6 sen sampai US$ 7 sen per kWh (uap) dan US$ 9 sen sampai US$ 10 sen per kWh (listrik), Samuel Sekuritas memperkirakan BREN akan menghasilkan pendapatan sebesar US$ 643 juta  pada 2024 yang berkontribusi terhadap 22,5% dari pendapatan BRPT. BREN diperkirakan menghasilkan EBITDA sebesar US$ 503 juta yang akan menyumbang 68% dari total EBITDA BRPT pada 2024.

Pada paruh pertama tahun 2023, energi geothermal menyumbang 22% pendapatan dan 72% EBITDA BRPT, yang menunjukkan potensi besar sektor energi geothermal, yang juga menawarkan margin keuntungan yang lebih baik dibandingkan petrokimia.

“Kami menilai IPO saham BREN akan menjadi sentimen positif untuk BRPT,” tulis tim riset Samuel Sekuritas, Selasa (19/9).

Prospek positif Grup Barito juga datang dari anak usahanya yang bergerak di bisnis petrokimia, yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy menilai, TPIA memiliki banyak ruang tumbuh seiring tingkat konsumsi Polyethylene dan Polypropylene per kapita Indonesia yang masih rendah.

Baca Juga: Dianggap Masih Prospektif, Cek Rekomendasi Saham ISAT dari Sejumlah Analis Ini

Menurut Robertus, permintaan Polyethylene dan Polypropylene di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk alias compounded annual growth rate (CAGR) masing-masing sebesar 4,6% dan 4% hingga tahun 2035.

Proyeksi ini melampaui tingkat pertumbuhan permintaan global yang masing-masing sebesar 2,9% dan 3,0%. Sebab, kedua bahan kimia ini sangat vital untuk produksi sejumlah produk seperti film plastik, wadah, botol, kantong plastik, pengemasan, serat & filamen, mainan, dan suku cadang otomotif.

“TPIA sebagai pemimpin produk petrokimia di Indonesia diekspektasikan mendapat manfaat dari membaiknya prospek makro dan industri,’ kata Robertus kepada Kontan.co.id, Selasa (26/9).

Senada, Tim Riset Samuel Sekuritas juga menilai, membaiknya kinerja segmen petrokimia menjadi faktor yang mendorong prospek BRPT. Bisnis TPIA didukung melebarnya selisih (spread) harga jual polyolefins, yang turut menaikkan kontribusi segmen ini terhadap EBITDA Barito Pacific.

 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×